Tikus

E. Tikus (Rattus sp.)

Tikus merupakan hama vertebrata yang dapat menyebabkan kerugian signifikan pada berbagai fase pertumbuhan kelapa sawit.

Tikus (Rattus sp.)

1. Jenis dan Gejala Kerusakan Buah/Bunga

Tikus (Rattus sp.) adalah salah satu hama penting di Indonesia yang dapat merusak tanaman kelapa sawit, menyerang bibit muda, bunga, dan tandan buah. 

Jenis tikus yang sering dijumpai di areal kelapa sawit adalah tikus pohon (Rattus tiomanicus) dan tikus sawah (Rattus argentiventer).  

Rattus tiomanicus merupakan spesies dominan yang ditemukan di perkebunan kelapa sawit.   

Pada tanaman belum menghasilkan (TBM), tikus dapat memakan bonggol hingga menyebabkan kematian tanaman. 

Sementara itu, pada tanaman menghasilkan (TM), tikus memakan buah (baik mentah maupun masak) dan bunga, yang dapat menurunkan produksi secara drastis. 

Kerusakan pada buah terlihat dari bentuk buah yang diserang, dengan gigitan pada ujung buah dan berondolan yang dimakan habis, seringkali hanya menyisakan serabut. 

Pelukaan buah akibat keratan tikus dapat mengakibatkan peningkatan kadar asam lemak bebas (FFA) pada rendemen minyak kelapa sawit, yang pada gilirannya menurunkan kualitas CPO. 

Ambang batas serangan untuk pengendalian tikus adalah apabila hasil perhitungan melebihi 5%.   

2. Strategi Pengendalian

Pengendalian tikus mengintegrasikan berbagai metode:

  • Mekanik: Meliputi semua cara pengendalian yang secara langsung membunuh tikus, seperti dengan pukulan, anjing buruan, atau penggunaan perangkap. Perangkap dapat berupa perangkap bambu atau kotak, yang dipasang pada sore hari di tempat-tempat yang biasa dilalui tikus. Selain itu, penghancuran sarang-sarang tikus juga merupakan bagian dari pengendalian mekanik.   

  • Kimiawi: Penggunaan umpan beracun (rodentisida) yang membunuh secara perlahan (anti-koagulan) direkomendasikan untuk menghindari efek jera umpan pada tikus. Contoh rodentisida yang digunakan adalah Klerat RM-B dengan bahan aktif Brodifakum 0.005%. Racun ini bekerja dengan mengganggu kerja vitamin K dalam proses pembekuan darah, dan sangat toksik sehingga cukup dengan sekali makan umpan tanpa menimbulkan jera umpan. Rodentisida Ratgone juga berbahan aktif brodifakum 0.005%.   

  • Hayati: Burung hantu Tyto alba (Serak Jawa) adalah predator alami tikus yang sangat efektif dalam mengendalikan populasi tikus di perkebunan kelapa sawit. Penggunaan burung hantu dapat menekan biaya pengendalian hingga 50% dibandingkan penanggulangan kimiawi, dan yang terpenting, tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan kebun (air, tanah, udara). Untuk meningkatkan efektivitas, populasi Tyto alba dapat ditingkatkan dengan menempatkan sepasang burung dan satu sarang (gupon/rubuha) untuk setiap 20 hektar. Gupon dibuat dari tripleks atau seng dengan ukuran sekitar 90 cm (panjang), 45 cm (lebar), dan 50 cm (tinggi), dan ditempatkan sekitar 4 meter di bawah kanopi pohon kelapa sawit. Pengembangan Tyto alba juga melibatkan survei lokasi, identifikasi sarang alami, dan pendirian rumah burung hantu buatan (rubuha).   

Burung Hantu
  • Kultur Teknis (Preventif):

    • Menjaga kebersihan kebun (sanitasi) secara teratur dengan membersihkan gulma, kacang-kacangan yang terlalu lebat, serta lubang-lubang dan gerumpul semak di drainase/parit yang dapat menjadi tempat persembunyian atau sarang tikus.  

    • Membersihkan epifit (tumbuhan paku yang menumpang) pada pokok kelapa sawit untuk mencegah tikus bersarang dan mempermudah pergerakan mereka.   

    • Pengaturan jarak tanam agar pohon tidak saling bersentuhan, yang dapat menghambat pergerakan tikus antar pohon.   


Selanjutnya.....

Posting Komentar untuk "Tikus"