Rayap

D. Rayap (Coptotermes curvignathus)

Rayap merupakan hama yang seringkali menimbulkan kerusakan signifikan, terutama di lahan-lahan tertentu.

Rayap

1. Gejala Kerusakan

Coptotermes curvignathus merupakan salah satu hama utama di perkebunan kelapa sawit, khususnya pada lahan gambut dan bekas hutan. Serangan ringan ditandai dengan adanya terowongan atau liang kembara pada permukaan batang. 

Namun, serangan dapat menjadi sangat berat apabila rayap sudah mencapai titik tumbuh tanaman, yang dapat mengakibatkan kematian tanaman. Kerusakan akibat serangan rayap dapat mencapai lebih dari 50%. 

Rayap menyerang berbagai bagian tanaman, mulai dari batang, pelepah, pangkal pertumbuhan (apical growth), hingga tandan. Tanaman bahkan dapat mati dalam waktu tiga minggu setelah serangan pada titik tumbuh apikal.  

Ciri serangan aktif ditandai dengan adanya liang kembara atau gabungan liang kembara yang lembab dan di dalamnya terdapat rayap pekerja atau prajurit yang sedang aktif mencari makan. 

Intensitas serangan diklasifikasikan dari ringan hingga sangat berat berdasarkan cakupan liang kembara pada batang dan pelepah, serta kondisi pucuk tanaman. 

Sifat serangan yang tersembunyi ini, dengan kerusakan internal yang seringkali terjadi sebelum gejala eksternal parah terlihat, menjadikan rayap sebagai ancaman yang memerlukan pemantauan ketat.   

2. Strategi Pengendalian

Kunci sukses pengendalian rayap bertumpu pada timing dan ketepatan monitoring, sebaiknya tindakan pengendalian dilakukan bersamaan atau segera setelah pelaksanaan monitoring.   

  • Kimiawi: Bertujuan untuk mengeliminasi rayap yang menyerang tanaman dan mencegah serangan lebih lanjut. Bahan aktif yang umum digunakan meliputi fipronil, sipermetrin, dan klorpirifos, dengan konsentrasi aplikasi formulasi 1-2.5 ml/liter.   

    • Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM): Pelepah kering dipangkas dan lorong-lorong tanah dibongkar. Termitisida disemprotkan pada bagian pucuk dan bonggol, serta disiram pada tanah dengan radius ±30 cm dari bonggol. Aplikasi juga dilakukan pada 6 tanaman di sekeliling titik serangan. Pengamatan dilakukan 2 minggu pasca aplikasi, dan pengulangan diperlukan bila masih terdapat lorong aktif.   

    • Pada Tanaman Menghasilkan (TM): Pembongkaran atau pengrusakan lorong-lorong tanah pada batang. Termitisida disemprotkan secara langsung pada batang dan pucuk (jika masih terjangkau), serta disiram pada tanah dengan radius ±30 cm dari bonggol. Aplikasi juga dilakukan pada 6 tanaman di sekeliling titik serangan. Pengamatan dilakukan 2 minggu pasca aplikasi, dan pengulangan diperlukan bila masih terdapat lorong aktif.   

    • Untuk tanaman mati: Pohon mati sebaiknya dibongkar dan disanitasi. Aplikasi termitisida diperlukan apabila masih terdapat lorong aktif pada batang, dan lubang bongkaran disiram termitisida apabila terindikasi ada rayap yang masih aktif.   

    • Dosis fipronil yang direkomendasikan adalah 2.5 ml (5.0% a.i.) per 5 liter air, dengan volume aplikasi 5.0 liter per sawit untuk tanaman >1 tahun dan 2.5 liter per sawit untuk tanaman <1 tahun. Pangkal pucuk dan tajuk harus disemprot seluruhnya, dan liang kembara perlu dikikis sedikit sebelum penyemprotan.   

  • Umpan: Penggunaan umpan beracun hexaflumuron dalam bentuk briquette merupakan alternatif yang efektif untuk pengendalian rayap. Umpan dapat berupa gulungan kardus atau batang kayu karet yang sebelumnya telah direndam dalam larutan hexaflumuron. Jumlah umpan yang dipasang sebanyak 3-5 buah yang ditanam di sekeliling tanaman terinfeksi. Umpan hexaflumuron terbukti sangat efektif dalam mengeliminasi koloni rayap tanah dalam waktu lima minggu. Daya tarik umpan yang tinggi memastikan konsumsi terus-menerus hingga koloni tereliminasi.   

  • Hayati: Penggunaan agen pengendali hayati golongan jamur Metarhizium anisopliae dengan kerapatan spora 10^6/ml. Diaplikasikan dengan teknik baiting, jamur ini mampu menurunkan intensitas serangan rayap dalam waktu 2-3 bulan. Jamur entomopatogen Beauveria bassiana juga sama ampuhnya dalam mengendalikan rayap.   

Keberhasilan pengendalian rayap sangat bergantung pada pendekatan yang terorganisir. 

Pembentukan tim khusus, terdiri dari tim monitoring (melakukan sensus dan menandai tanaman terserang), tim pembongkar (melakukan sanitasi lorong-lorong tanah atau tanaman terserang berat), dan tim penyemprotan (melakukan aplikasi termitisida), sangat direkomendasikan untuk memastikan efektivitas dan koordinasi tindakan.   

Selanjutnya.....

E. Tikus (Rattus sp.)

Posting Komentar untuk "Rayap"