V. Persiapan Lahan dan Penanaman
Persiapan lahan yang matang dan teknik penanaman yang tepat merupakan fondasi keberhasilan budidaya kelapa sawit jangka panjang. Meticulous land preparation secara langsung memitigasi risiko seperti erosi, genangan air, dan habitat hama, yang sangat penting untuk kesehatan tanah jangka panjang dan produktivitas tanaman.
A. Metode Pembukaan Lahan Tanpa Bakar
Pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) sangat ditekankan karena penting untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mematuhi peraturan pemerintah.
Metode ini memiliki beberapa keunggulan, termasuk mengurangi emisi gas rumah kaca seperti CO2 dan mempertahankan kualitas sifat fisik tanah. Secara garis besar, penyiapan lahan dapat dilakukan secara manual atau mekanis.
Pada metode mekanis, tahapan meliputi penumbangan pohon, pencacahan, pembongkaran tunggul, dan perumpukan sisa-sisa tebangan di lahan. Sisa-sisa kayu yang telah dipotong dikumpulkan mengikuti jalur rumpukan, yaitu pada selang dua jalur tanam sejajar dengan arah tanam.
Upaya mempercepat dekomposisi sisa hasil tebangan dapat dilakukan secara mekanik dengan alat perajang (schredder). Alternatif lain adalah metode kimiawi menggunakan herbisida, yang praktis dan menghasilkan tingkat erosi relatif rendah, meskipun tidak memperbaiki sifat fisik tanah.
B. Pengolahan Tanah (Mekanis dan Kimiawi)
Pengolahan tanah bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma dan memperbaiki sifat fisik tanah, meskipun sifat perbaikan ini bersifat sementara. Pengolahan tanah secara mekanis menciptakan rongga-rongga dalam tanah, meningkatkan aerasi yang bermanfaat bagi perkembangan mikroorganisme dan akar tanaman.
Aerasi yang baik sangat penting untuk kelapa sawit yang memiliki akar serabut. Pengolahan tanah ini umumnya melibatkan pembajakan dan penggaruan. Pembajakan pertama dilakukan dengan kedalaman 25-40 cm, diikuti penggaruan pertama 2-3 minggu kemudian, dan seterusnya dengan arah yang beraturan (tegak lurus atau menyilang).
Waktu pengolahan tanah sebaiknya selesai 2-3 bulan sebelum penanaman, atau diatur agar penanaman dilakukan pada musim hujan.
Pengolahan tanah secara kimiawi menggunakan herbisida, terutama cocok untuk areal dengan topografi miring. Penyemprotan herbisida dilakukan dalam beberapa tahap: sebelum penumbangan tanaman tua, setelah pembongkaran, dan sebelum penanaman kacangan penutup tanah. Herbisida umum yang digunakan antara lain Paracol dan Gramaxone.
Terlepas dari metode pengolahan tanah, tindakan pengawetan tanah sangat diperlukan. Penanaman tanaman penutup tanah (legum) sangat berguna untuk menambah cadangan unsur hara, memperbaiki sifat fisik tanah, mencegah erosi, dan menekan pertumbuhan gulma.
Contoh legum yang digunakan adalah campuran Calopogonium caeruleum (CC), Peuraria javanica (PJ), dan Centrosema pubescens (CP).
C. Pembuatan Teras (untuk Lahan Miring)
Untuk lahan dengan topografi miring atau bergelombang, pembuatan teras sangat dianjurkan. Manfaat pembuatan teras meliputi pengurangan erosi, penahanan air dan unsur hara, mempermudah pekerjaan perawatan dan panen, serta mempermudah pengeluaran TBS.
Pembuatan teras memerlukan biaya tinggi, sehingga harus dilakukan sesuai standar.
Langkah-langkah pembuatan teras meliputi:
1. Pembuatan Jalan Kontur:Menggunakan bulldozer dari atas bukit ke arah bawah, dengan badan jalan miring 8-10 derajat ke arah tebing. Lebar badan jalan 5-7 meter.
2. Pemancangan Teras Kontur:
Dilakukan setelah jalan kontur selesai, dengan menentukan arah lereng dan memasang patok kepala dengan jarak datar/horizontal 9 meter.
3. Pembentukan Teras:
Lebar teras ideal antara 3-5 meter (4,5-5 meter untuk mekanisasi), dengan back slope 10-12 derajat. Setiap 15-30 meter dibuat stop bund untuk menahan air.
D. Sistem Drainase yang Efektif
Sistem drainase yang efektif sangat penting untuk budidaya kelapa sawit, terutama di lahan gambut, untuk mencegah genangan air dan menjaga muka air tanah pada kedalaman optimal.
Kelapa sawit membutuhkan air yang banyak, tetapi tidak menyukai genangan air. Drainase harus dirancang dalam bentuk jaringan yang memanfaatkan topografi dan mengalirkan kelebihan air berdasarkan gaya berat.
Jaringan drainase terdiri dari saluran primer (kanal utama), sekunder (kanal kolektor, parit tengah), dan tersier (field drain). Saluran primer bermuara langsung ke sungai dan dilengkapi pintu air (spillway) untuk mengatur ketinggian air.
Saluran sekunder mengumpulkan air dari saluran tersier, dan saluran tersier berfungsi mengalirkan air dari areal tanaman. Interval saluran tersier tergantung kondisi drainase di lapangan, maksimal satu saluran untuk dua baris tanaman.
Manajemen air bertujuan untuk mengatur dan mempertahankan muka air tanah pada kedalaman 60-80 cm dari permukaan tanah untuk memastikan ketersediaan air dan mencegah kebakaran.
Pintu air otomatis (water gate) harus dipasang pada persimpangan saluran primer-sungai dan primer-sekunder. Pemeliharaan rutin saluran drainase, termasuk pencucian kanal, sangat penting untuk memastikan aliran air lancar.
E. Uji Tanah dan Pemberian Pupuk Dasar Lubang Tanam
Sebelum penanaman, uji tanah sangat dianjurkan untuk mengetahui kondisi kesuburan tanah dan kebutuhan hara spesifik. Hal ini memungkinkan penyesuaian pemupukan agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup sejak awal.
Pupuk dasar diberikan di lubang tanam untuk memastikan ketersediaan hara awal bagi bibit. Pupuk dasar yang umum digunakan dapat berupa 20 gram CuSO4, 20 gram ZnSO4, 20 gram FeSO4, 500 gram Rock Phosphate (RP), dan 250 gram Kapur Pertanian (Kaptan) atau dolomit. Pupuk NPK 15-15-6-4 juga direkomendasikan untuk masa pembibitan awal, dengan dosis 30 gram per pohon untuk bibit berusia 1-3 bulan. Pemberian pupuk ini bertujuan untuk membantu proses pertumbuhan bibit serta pembentukan akar dan batang tanaman.
F. Penentuan Jarak Tanam (Sistem Segitiga Sama Sisi)
Jarak tanam sangat penting dalam budidaya kelapa sawit karena mempengaruhi pertumbuhan, kesehatan, dan hasil tanaman. Pola tanam segitiga sama sisi merupakan pola tanam yang paling efektif di areal datar, menghasilkan populasi optimal sekitar 142-143 pohon per hektar dengan jarak tanam ideal 9x9 meter.
Pola ini memungkinkan setiap pohon kelapa sawit mendapatkan akses yang cukup terhadap cahaya matahari, nutrisi, dan air, serta meminimalkan kompetisi antar tanaman. Untuk areal bergelombang/berbukit, diperlukan upaya khusus seperti "viol linning" untuk mempertahankan jumlah populasi per hektar.
Penentuan jarak tanam juga harus mempertimbangkan elevasi lahan, topografi, tingkat kesuburan tanah, jenis bahan tanam, dan kondisi setempat.
G. Teknik Penanaman Bibit yang Benar
Waktu terbaik untuk menanam bibit kelapa sawit adalah pada musim hujan, setelah hujan turun, untuk memastikan ketersediaan air yang cukup bagi pertumbuhan awal tanaman. Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk menghindari stres panas pada bibit.
Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum penanaman dengan ukuran sekitar 60x60x60 cm. Tanah galian bagian atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bagian bawah. Sebelum bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam, daun-daunnya dapat dipangkas hingga 1,25-1,5 meter dari pangkal pelepah, membentuk kerucut dengan kemiringan 30-45 derajat.
Dua minggu sebelum penanaman, bibit dapat diputar posisinya agar akar yang menembus tanah terputus dan beregenerasi. Saat menanam, lepaskan plastik polibag dengan hati-hati agar bola tanah tidak rusak dan perakaran bibit tetap utuh.
Masukkan bibit ke dalam lubang tanam, pastikan tegak lurus, lalu timbun kembali dengan tanah dan padatkan secara perlahan. Setelah penanaman, lakukan penyiraman rutin dan kontrol gulma di sekitar tanaman.
Penekanan pada pola tanam spesifik dan perbaikan tanah melalui pupuk dasar menunjukkan pendekatan ilmiah untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber daya seperti cahaya matahari dan nutrisi, serta memastikan vigor awal yang kuat. Hal ini pada gilirannya akan menghasilkan hasil panen yang lebih baik sepanjang siklus hidup tanaman.
Selanjutnya......
Posting Komentar untuk "Persiapan Lahan dan Penanaman"
Silahkan bertanya!!!
Posting Komentar