Panen dan Penanganan Pasca Panen

 VII. Panen dan Penanganan Pasca Panen

Panen dan penanganan pasca panen yang tepat merupakan tahapan krusial yang secara langsung mempengaruhi kualitas minyak sawit mentah (CPO) dan profitabilitas. Kepatuhan ketat terhadap kriteria kematangan panen dan penanganan pasca panen yang efisien sangat penting untuk menjaga kualitas produk. Keterlambatan atau penanganan yang tidak tepat dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan akibat degradasi kualitas. Penekanan pada efisiensi dan kontrol kualitas di seluruh rantai panen dan pasca panen mengungkapkan bahwa nilai kelapa sawit sangat bergantung pada pelestarian integritas Tandan Buah Segar (TBS). Hal ini memerlukan sistem logistik dan pemrosesan yang terkelola dengan baik, bukan hanya budidaya yang baik.

Foto tandan buah segar

A. Kriteria Kematangan Buah Siap Panen

Buah kelapa sawit siap panen ketika menunjukkan tanda-tanda kematangan optimal. Kriteria utama adalah perubahan warna buah, dari kehitam-hitaman menjadi jingga kemerahan, atau dari hijau menjadi kuning atau merah, tergantung varietasnya. 

Indikator terpenting adalah jumlah buah sawit yang jatuh dari tandan (brondolan). Panen ideal dilakukan saat ada lima brondolan atau lebih yang jatuh di piringan (area sekitar pangkal pohon). Jika hanya ada 1-2 buah yang jatuh, ini biasanya sudah menunjukkan bahwa tandan tersebut matang. Kematangan buah juga dapat dilihat dari penampilan dan tekstur: buah matang memiliki tekstur lebih lembut, kulit lebih mengkilap, dan minyak lebih mudah keluar saat ditekan. Selain itu, buah sawit yang matang biasanya memiliki kadar air yang lebih rendah dan kandungan minyak yang tinggi. 

Gambar petani sedang memanen dengan dodos atau egrek

B. Metode Panen yang Efisien

Memanen buah sawit memerlukan teknik yang tepat untuk memastikan kualitas tinggi dan tanaman tidak rusak. Alat panen yang umum digunakan adalah dodos (alat pemotong panjang) atau egrek (alat pemotong berujung melengkung), yang harus dalam kondisi tajam. 

Prosedur panen yang efisien meliputi:

  1. Penghitungan Kerapatan Panen: Sebelum panen, hitung kerapatan panen untuk memperkirakan jumlah pohon yang akan dipanen dari suatu luasan lahan. Angka ini menjadi acuan untuk menentukan jumlah tenaga kerja, alat, dan waktu panen yang tepat. 

  2. Pemotongan Tandan Buah Matang: Tandan buah matang dipotong menggunakan dodos atau egrek dengan membentuk huruf V untuk mencegah tangkai tandan terbawa ke pabrik dan menghindari kenaikan kadar asam lemak bebas (ALB). 

  3. Pengutipan Brondolan: Brondolan yang jatuh di ketiak pelepah dan pinggiran pohon harus dikutip dan dikumpulkan dalam karung. Pastikan tandan dan brondolan bersih dari pasir, tangkai, dan kotoran lainnya. 

  4. Pemotongan Pelepah: Pemotongan pelepah bersifat opsional, tergantung jumlah pelepah. Jika melebihi standar, pelepah perlu dipotong dan disusun di gawangan mati. 

  5. Rotasi Panen: Perkebunan kelapa sawit di Indonesia umumnya menggunakan rotasi panen 7-8 hari, yang berarti seluruh seksi panen diselesaikan dalam waktu tersebut. 

  6. Keselamatan Kerja: Setiap pemanen wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti sepatu keselamatan, helm, dan kacamata pelindung, terutama saat memanen pohon tinggi. 

C. Pengumpulan dan Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)

Setelah dipanen, Tandan Buah Segar (TBS) dikumpulkan di tempat penampungan sementara (TPH) di kebun. Brondolan yang berserakan di pangkal pohon harus dipungut dan dimasukkan ke dalam karung. Selanjutnya, TBS diangkut dari kebun ke pabrik kelapa sawit (PKS) menggunakan truk atau alat transportasi lainnya. Proses ini harus dilakukan dengan cepat untuk menghindari penurunan kualitas buah, terutama peningkatan kadar Asam Lemak Bebas (ALB). 

Foto pengumpulan TBS di TPH dan pengangkutan ke pabrik

D. Penanganan Pasca Panen Awal

Penanganan pasca panen awal sangat penting untuk menjaga kualitas TBS dan CPO. Di pabrik, TBS akan menjalani proses penyortiran untuk memisahkan buah busuk dan mentah. Jika ditemukan tangkai TBS yang terlalu panjang (lebih dari 2 cm), akan ada potongan berat yang diterapkan pada kilogram TBS yang dijual. 

Kecepatan dan ketepatan dalam menyampaikan hasil panen ke pabrik sangat krusial. Jika pengolahan tidak berjalan tepat waktu, kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) dapat meningkat hingga 5-6%, yang tidak memenuhi persyaratan kelas pangan. Penelitian menunjukkan bahwa penundaan panen dapat meningkatkan kadar ALB secara signifikan. 


Selanjutnya......

VIII. Tantangan dan Solusi bagi Petani Pemula

Posting Komentar untuk "Panen dan Penanganan Pasca Panen"