Strategi Pasca Panen Efisien untuk Mempertahankan Kualitas TBS

Strategi Pasca Panen Efisien untuk Mempertahankan Kualitas TBS

Setelah panen, penanganan pasca panen yang efisien dan hati-hati menjadi sangat penting untuk mempertahankan kualitas TBS dan mencegah degradasi nilai.

Proses Pengumpulan dan Penataan TBS di TPH

Pengumpulan dan Penanganan di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)

Praktik Terbaik Pengumpulan Brondolan dan TBS di Lapangan: Setelah panen, TBS dan seluruh brondolan yang jatuh harus segera dikumpulkan dan dibawa ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) yang telah ditentukan. 

TPH biasanya disiapkan untuk setiap dua baris tanaman. Pemanen umumnya menggunakan gerobak sorong (angkong) untuk mengangkut hasil panen dari pokok ke TPH. 

Sangat penting untuk memastikan semua brondolan dipungut secara tuntas dan tidak ada yang tertinggal di lapangan, karena brondolan merupakan bagian berharga dari hasil panen.  

Penataan dan Pemisahan TBS di TPH: Di TPH, TBS harus ditata dengan rapi. Tandan busuk dan tandan kosong kelapa sawit tidak boleh diangkut lebih lanjut ke pabrik pengolahan, menunjukkan pentingnya sortasi awal di TPH. 

Brondolan yang terkumpul sebaiknya dimasukkan ke dalam karung dan diletakkan di atas tumpukan TBS di truk untuk pengangkutan, memastikan tidak ada yang tercecer.  

TPH berfungsi lebih dari sekadar area penyimpanan sementara; ini adalah pos pemeriksaan kontrol kualitas kritis pertama setelah panen. 

Dengan menerapkan sortasi awal untuk membuang tandan busuk atau kosong dan memastikan pengumpulan lengkap semua brondolan berharga , penanganan di TPH secara langsung memengaruhi kualitas dan efisiensi keseluruhan batch pengolahan berikutnya. 

Ini meminimalkan pengangkutan material yang tidak dapat digunakan dan memaksimalkan pemulihan minyak berharga, berkontribusi pada profitabilitas keseluruhan.  

Pentingnya Kecepatan Pengangkutan dari TPH: Pemindahan TBS dari TPH ke pabrik harus dilakukan secepat mungkin untuk mencegah penurunan kualitas minyak. Penundaan pengolahan buah, baik saat menunggu di TPH maupun di  loading ramp pabrik, dapat secara signifikan meningkatkan kadar FFA.  

Penekanan berulang pada kecepatan dan kepatuhan terhadap "aturan 24 jam" dengan kuat menunjukkan bahwa meminimalkan waktu tunggu di TPH adalah yang terpenting. 

Setiap jam TBS menunggu di TPH secara langsung berkontribusi pada peningkatan ALB alami yang tidak diinginkan. 

Ini menyiratkan bahwa perencanaan logistik yang efisien, dari pengumpulan di lapangan ke TPH dan kemudian dari TPH ke pabrik, sama pentingnya dengan waktu panen awal itu sendiri, mencegah degradasi kualitas sebelum pengolahan dimulai.  

Transportasi TBS dari Kebun ke Pabrik

Transportasi TBS dari kebun ke pabrik adalah tahapan krusial yang memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cermat untuk menjaga kualitas.

Target Waktu Pengangkutan (Maksimal 24 Jam): Semua TBS yang dipanen dari perkebunan harus segera dikirim ke pabrik minyak kelapa sawit (PKS) dalam waktu maksimal 24 jam setelah panen. 

Penundaan waktu antara pemanenan dan pengolahan di pabrik adalah penyebab umum penurunan kualitas TBS, yang mengakibatkan penurunan kandungan minyak dan peningkatan kadar ALB.  

"Aturan 24 jam" untuk transportasi dari panen ke pabrik bukan sekadar saran tetapi keharusan operasional yang kritis. Melebihi jangka waktu ini menjamin degradasi kualitas yang terukur. 

Ini menyiratkan bahwa perencanaan logistik harus memprioritaskan transit cepat, memperlakukan setiap menit sebagai krusial untuk menjaga nilai buah. 

Batas waktu yang ketat ini menuntut koordinasi yang efisien dan infrastruktur transportasi yang kuat.  

Optimalisasi Kapasitas Angkut dan Pengaturan Jadwal: Optimalisasi kapasitas angkut truk sangat penting, memastikan muatan sesuai dengan daya angkut kendaraan (misalnya, Mitsubishi Colt Diesel 7-8 ton, L300 3-3.5 ton). 

Jadwal kedatangan kendaraan di lokasi panen dan pabrik harus diatur dengan cermat. Kendaraan idealnya mulai mengangkut TBS paling lambat pukul 07.00 pagi, dengan pengiriman pertama tiba di pabrik paling lambat pukul 09.00 pagi.  

Mengoptimalkan kapasitas truk dan mematuhi jadwal yang ketat bukan hanya tentang efisiensi biaya; ini mendasar untuk menjaga "aturan 24 jam" yang krusial. Rencana logistik terintegrasi, di mana panen, pengumpulan TPH, dan transportasi disinkronkan secara cermat, sangat penting untuk mencegah kemacetan dan penundaan yang secara langsung menyebabkan hilangnya kualitas. 

Ini mengalihkan fokus dari tugas-tugas terisolasi ke perspektif rantai pasokan holistik, ujung-ke-ujung untuk manajemen kualitas.  

Pengaturan Muatan yang Baik untuk Mencegah Kerusakan Fisik: TBS harus ditata dengan benar dan hati-hati di dalam truk untuk memaksimalkan kapasitas tanpa menyebabkan kerusakan. 

Seluruh brondolan harus diangkut dalam karung dan diletakkan di atas susunan TBS, bukan dicampur atau dibiarkan lepas. 

Pemuatan dengan cara dilempar harus dihindari karena dapat menyebabkan luka atau memar, terutama pada lapisan TBS terbawah yang menanggung beban.  

Instruksi eksplisit untuk pemuatan yang benar dan peringatan keras terhadap pelemparan TBS secara langsung mengatasi efek "amplifikasi" kerusakan fisik pada ALB. 

Penanganan yang lembut selama pemuatan dan penumpukan strategis adalah strategi berbiaya rendah dan berdampak tinggi untuk mencegah penurunan kualitas yang cepat, terutama untuk lapisan TBS bawah yang rentan. 

Ini memperkuat prinsip bahwa setiap titik sentuh dalam rantai pasca panen berkontribusi pada atau mengurangi nilai akhir.  

Pemeliharaan Alat Angkut dan Keamanan Transportasi: Semua alat yang digunakan untuk mengangkut TBS dari kebun ke pabrik harus dipelihara dengan baik dan rutin. 

Faktor keamanan, seperti pemasangan jaring atau terpal di atas muatan, harus dipertimbangkan, terutama untuk perjalanan jarak jauh atau melalui jalan yang rusak, untuk mencegah buah jatuh dan rusak. 

Penting untuk memastikan semua tandan buah yang mungkin jatuh selama perjalanan dikumpulkan dan dimasukkan kembali ke truk.  

Dampak Kondisi Jalan terhadap Kualitas TBS: Kondisi jalan yang buruk, seperti jalan berlubang, dapat menyebabkan goncangan parah pada bak truk, meningkatkan potensi buah memar dan tertinggal di kebun. 

Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengangkutan melalui jalan rusak tidak selalu langsung berpengaruh signifikan terhadap kadar ALB jika jaraknya dekat, secara umum, kondisi jalan yang buruk berkontribusi pada peningkatan ALB melalui memar dan buah "restan" (buah yang tidak terangkut).  

Meskipun sering dianggap sebagai faktor eksternal di luar kendali operasional harian, kondisi jalan adalah penentu kualitas TBS yang tersembunyi, namun signifikan. 

Jalan yang buruk secara langsung menyebabkan memar fisik dan penundaan transportasi, keduanya meningkatkan ALB. 

Ini menyiratkan bahwa investasi strategis dalam pemeliharaan jalan perkebunan, atau pemilihan rute/metode transportasi yang meminimalkan paparan terhadap medan yang kasar, adalah strategi tidak langsung tetapi kuat untuk menjaga kualitas. 

Ini memperluas cakupan "strategi pasca panen" untuk mencakup manajemen infrastruktur yang kritis.  

Penerimaan dan Pengolahan Awal di Pabrik

Tahap penerimaan dan pengolahan awal di pabrik merupakan titik kritis terakhir dalam menjaga kualitas TBS sebelum diolah menjadi CPO.

Pentingnya Pengolahan Segera Setelah Kedatangan TBS: TBS harus diproses sesegera mungkin setelah tiba di pabrik, idealnya dalam waktu maksimal 48 jam untuk memastikan kualitas prima. 

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) umumnya mengolah TBS segera setelah kiriman diterima. Kiriman terakhir TBS yang tiba biasanya diterima sekitar pukul 20.00 dan diprioritaskan untuk diolah pada keesokan harinya. 

Efisiensi dalam proses ini, yaitu meminimalkan waktu antara panen dan pengolahan, sangat krusial untuk mengurangi pembentukan kadar ALB dan secara langsung meningkatkan produktivitas CPO.  

Dampak Keterlambatan Pengolahan terhadap Kualitas CPO: Buah yang terlambat diolah akibat keterlambatan pengangkutan (sering disebut "restan") dapat menyebabkan peningkatan signifikan kadar FFA. 

Jika proses pengolahan di pabrik tidak berjalan tepat waktu, produk CPO yang dihasilkan mungkin tidak lagi memenuhi persyaratan kelas pangan, dengan kandungan FFA yang bisa mencapai 5-6%. Keterlambatan dalam pengolahan juga dapat menyebabkan masalah ketidakstabilan dalam proses produksi CPO secara keseluruhan di pabrik, seperti kelebihan stok atau kekurangan bahan baku yang tidak efisien.  

Titik kritis terakhir untuk menjaga kualitas terletak pada kecepatan pengolahan pabrik. "Aturan 24 jam" dari panen ke pabrik secara efektif dilengkapi dengan "aturan 48 jam" untuk pengolahan. 

Ini menyoroti kebutuhan mutlak akan komunikasi yang lancar dan koordinasi yang cermat antara manajemen perkebunan dan pabrik pengolahan. 

Setiap pemutusan atau penundaan pada tahap ini dapat menggagalkan semua upaya sebelumnya dalam panen yang hati-hati dan transportasi yang efisien, menyebabkan kerugian kualitas dan ekonomi yang substansial. 

Ini menekankan pentingnya melihat seluruh rantai pasokan sebagai sistem yang terintegrasi.  

Tabel 3: Faktor-faktor Penyebab Penurunan Kualitas TBS Pasca Panen dan Solusi Penanganannya

Tabel berikut merangkum faktor-faktor utama yang menyebabkan penurunan kualitas TBS setelah panen, dampaknya, dan solusi penanganan yang direkomendasikan.

Faktor Penyebab Penurunan Kualitas

Dampak pada Kualitas TBS/CPO

Solusi Penanganan

Waktu Tunda (Delay) antara panen dan pengolahan

Peningkatan Kadar ALB/FFA  

Penurunan Rendemen Minyak  

Penerapan "aturan 24 jam" dari panen ke pabrik  

Pengaturan jadwal pengangkutan yang ketat  

Kerusakan Fisik/Memar pada buah

Peningkatan cepat Kadar ALB/FFA  

Ketengikan pada Minyak  

Teknik panen yang hati-hati  

Penanganan lembut saat pemuatan dan pembongkaran  

Penggunaan alat bantu yang tepat  

Kondisi Jalan Buruk selama transportasi

Peningkatan ALB melalui memar dan buah "restan"  

Potensi buah tertinggal  

Pemeliharaan rutin jalan kebun  

Pemilihan jenis alat angkut yang sesuai dengan medan  

Penataan Muatan Tidak Tepat di alat angkut

Memar dan luka pada TBS, terutama lapisan bawah  

Penataan TBS yang benar di dalam truk  

Pengangkutan brondolan dalam karung di lapisan atas muatan  

Keterlambatan Pengolahan di Pabrik (Restan)

Peningkatan signifikan Kadar FFA  

CPO tidak memenuhi standar pangan  

Ketidakstabilan produksi  

Pengolahan TBS segera setelah kedatangan di PKS  

Optimalisasi kapasitas dan alur produksi pabrik  

Brondolan Tertinggal di lapangan/TPH

Kerugian minyak yang dapat diekstrak  

Penurunan profitabilitas

Pengumpulan brondolan secara tuntas di lapangan dan TPH  

Tabel ini secara langsung menjawab kebutuhan akan strategi yang dapat ditindaklanjuti dengan memetakan masalah kualitas pasca panen yang umum terjadi ke akar penyebabnya dan menyediakan solusi konkret. 

Ini adalah panduan praktis untuk perbaikan. Tabel ini menyajikan gambaran komprehensif dari seluruh rantai pasca panen, mulai dari pengumpulan di lapangan hingga gerbang pabrik, menyoroti berbagai titik rentan di mana kualitas dapat terganggu dan bagaimana mitigasinya. 

Bagi manajer perkebunan, tabel ini berfungsi sebagai referensi cepat untuk mengidentifikasi kelemahan dalam operasi mereka saat ini dan mengembangkan intervensi yang ditargetkan untuk peningkatan kualitas, membantu dalam menyusun rencana aksi yang terstruktur.


Selanjutnya.....

Dampak Kualitas TBS terhadap Nilai Jual dan Profitabilitas

Posting Komentar untuk "Strategi Pasca Panen Efisien untuk Mempertahankan Kualitas TBS"