Fondasi Retak, Panen pun Runtuh
Membangun perkebunan kelapa sawit yang produktif selama 25 tahun ke depan ibarat mendirikan gedung pencakar langit.
Keberhasilannya tidak ditentukan oleh kemegahan puncaknya, melainkan oleh kekokohan fondasi yang menopangnya.
Dalam dunia perkebunan, fondasi itu adalah persiapan lahan.
Sayangnya, banyak kegagalan panen atau produktivitas yang jauh di bawah harapan berakar bukan pada masalah saat tanaman sudah besar, melainkan pada kesalahan-kesalahan mendasar yang dilakukan bahkan sebelum satu bibit pun ditanam.
Kesalahan-kesalahan ini seringkali dianggap sepele atau menjadi korban pemotongan anggaran di awal.
Namun, dampaknya bersifat jangka panjang, merusak, dan seringkali mustahil untuk diperbaiki sepenuhnya.
Artikel ini akan mengupas tuntas 7 kesalahan fatal dalam persiapan lahan yang dapat meruntuhkan potensi keuntungan kebun sawit Anda, sekaligus memberikan panduan ahli untuk membangun fondasi yang kokoh demi panen yang melimpah dan berkelanjutan.
Kesalahan Fatal #1 - Mengabaikan Analisis Tanah: "Bertani Buta" di Atas Lahan Kritis
Kesalahan paling fundamental dan sering terjadi adalah memulai penanaman tanpa data akurat mengenai kondisi kimia dan fisika tanah.
Praktik ini sama saja dengan "bertani buta", di mana pekebun beroperasi berdasarkan asumsi, bukan fakta ilmiah.
Anggapan bahwa semua tanah sama atau bisa "diperbaiki nanti" dengan pupuk adalah kekeliruan fatal yang menjadi sumber kerugian besar.
Dampak Tersembunyi yang Menghancurkan
Jebakan Tanah Masam (Asam Sulfat): Menanam "tanpa sadar" di lahan dengan tingkat keasaman (pH) ekstrem rendah adalah resep menuju bencana.
Keasaman tanah bukan sekadar masalah "kesuburan rendah", melainkan sebuah kondisi toksik aktif yang secara kimiawi meracuni tanaman dan membuat aplikasi pemupukan menjadi sia-sia.
Banyak lahan potensial untuk sawit, terutama lahan pasang surut dan gambut, mengandung mineral pirit.
Ketika lahan ini dibuka dan dikeringkan, pirit teroksidasi dan menghasilkan asam sulfat, yang secara drastis menurunkan pH tanah dan menciptakan kondisi "tanah sulfat masam".
Pada pH rendah, kelarutan unsur Aluminium (Al) dan Besi (Fe) dalam tanah meningkat tajam.
Dalam konsentrasi tinggi, Al dan Fe menjadi racun yang menghambat dan merusak perkembangan akar sawit.
Lebih parah lagi, ion-ion Al dan Fe ini akan mengikat unsur Fosfor (P) yang diberikan melalui pupuk, membentuk senyawa tidak larut seperti Aluminium Fosfat (AlPO_4) yang tidak dapat diserap tanaman.
Akibatnya, pekebun akan terus memupuk tanpa melihat hasil, karena pupuk tersebut langsung "terkunci" oleh Al dan Fe.
Tanaman pun menderita ganda: keracunan Al/Fe dan defisiensi P, yang berujung pada pertumbuhan kerdil dan produktivitas rendah.
Pemborosan Pupuk Skala Besar: Tanpa data analisis tanah, rekomendasi pemupukan hanyalah tebak-tebakan.
Memberikan pupuk berlebih adalah pemborosan biaya yang signifikan, sementara dosis yang kurang akan berdampak langsung pada penurunan produktivitas.
Panduan Ahli: Praktik Terbaik Analisis Tanah
Untuk menghindari jebakan ini, analisis tanah sebelum penanaman adalah sebuah keharusan.
Prosedur Pengambilan Sampel Tanah (SSU):
Waktu: Lakukan SSU sebagai standar sebelum penanaman baru atau peremajaan (replanting), dan idealnya diulang setiap 2-3 tahun.
Metode: Gunakan metode zigzag atau diagonal untuk mengambil subsampel dari minimal 9 titik di dalam satu blok (misalnya, 10 ha) untuk memastikan keterwakilan.
Kedalaman: Ambil sampel tanah pada kedalaman 0-30 cm, zona di mana akar serap sawit paling aktif. Untuk analisis lebih mendalam, sampel bisa diambil hingga kedalaman 60 cm.
Proses: Gunakan bor tanah, kumpulkan semua subsampel dalam satu wadah bersih, lalu campurkan hingga merata (dikompositkan) untuk mendapatkan satu sampel akhir yang representatif. Hindari mengambil sampel dari area anomali seperti bekas tumpukan pelepah, janjang kosong, atau bekas pembakaran.
Parameter Uji Laboratorium Wajib:
Kimia: pH, C-Organik, Nitrogen (N) total, Fosfor (P) tersedia, Kalium (K) tersedia, Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kapasitas Tukar Kation (KTK), dan Kejenuhan Basa (KB).
Fisika: Tekstur tanah (persentase liat, debu, pasir) dan Bobot Isi.
Tindak Lanjut: Berdasarkan hasil analisis, jika pH tanah terbukti masam, lakukan aplikasi bahan pembenah tanah seperti kapur dolomit atau abu boiler untuk menetralkan keasaman sebelum penanaman dan pemupukan.
Kesalahan Fatal #2 - Pengolahan Fisik Tanah yang Merusak: Memadatkan, Bukan Menggemburkan
Pengolahan fisik tanah atau tillage bertujuan untuk menggemburkan tanah dan memperbaiki strukturnya.
Namun, jika dilakukan pada waktu yang tidak tepat, terlalu kering atau terlalu basah, hasilnya justru berkebalikan: tanah menjadi padat, keras, dan tidak ramah bagi akar tanaman.
Dampak Tersembunyi yang Menghancurkan
Menciptakan Lapisan Padas (Hardpan): Pengolahan tanah yang salah dapat menciptakan lapisan padas yang sulit ditembus akar.
Jika tanah diolah saat terlalu kering, agregat tanah akan hancur menjadi debu.
Debu ini kemudian menyumbat pori-pori tanah dan membentuk lapisan padat saat terkena air.
Sebaliknya, jika tanah terlalu basah, alat berat akan merusak struktur tanah, membuatnya menjadi sangat keras dan padat setelah mengering.
Mencekik Akar Tanaman: Pemadatan tanah adalah "pembunuh senyap" yang menyebabkan inefisiensi masif dalam penggunaan air dan pupuk.
Pekebun mungkin melihat tanaman kerdil dan menguning, lalu merespons dengan menambah dosis pupuk dan air.
Padahal, masalahnya bukan pada ketersediaan nutrisi, melainkan pada ketidakmampuan akar untuk menembus lapisan padas dan mengaksesnya.
Ini menciptakan siklus pemborosan yang dipicu oleh satu kesalahan mekanis di awal, di mana tanaman menjadi kurang produktif meskipun tanah di sekitarnya kaya akan unsur hara.
Panduan Ahli: Praktik Terbaik Pengolahan Tanah
Penentuan Waktu Ideal: Lakukan pengolahan tanah pada kondisi kelembapan yang tepat (tidak becek dan tidak berdebu). Idealnya, seluruh proses pengolahan tanah sudah selesai 2-3 bulan sebelum penanaman, agar penanaman dapat dilakukan tepat pada awal musim hujan.
Teknik Bajak-Garu Menyilang: Untuk hasil penggemburan yang merata, gunakan teknik menyilang :
Pembajakan I: Lakukan dengan arah Utara-Selatan pada kedalaman 25-40 cm. Biarkan tanah selama 2-3 minggu.
Penggaruan I: Lakukan searah dengan pembajakan pertama. Biarkan kembali selama 2-3 minggu.
Pembajakan II: Lakukan dengan arah menyilang (Timur-Barat).
Penggaruan II: Lakukan searah dengan pembajakan kedua. Teknik ini memastikan tanah tergemburkan secara optimal, memecah lapisan padas, memperbaiki aerasi, dan mengendalikan gulma dengan lebih efektif.
Kesalahan Fatal #3 - Manajemen Biomassa yang Buruk: Mengundang Hama dan Membuang Hara
Metode pembersihan lahan tanpa bakar (zero burning) adalah praktik yang dianjurkan untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Namun, jika tidak dilakukan dengan tuntas, praktik ini dapat berbalik menjadi bencana.
Kesalahan yang sering terjadi adalah membiarkan sisa tebangan (batang, tunggul, pelepah) menumpuk begitu saja tanpa pengelolaan yang benar.
Dampak Tersembunyi yang Menghancurkan
Menciptakan "Hotel Hama": Tumpukan batang kayu yang mulai lapuk adalah tempat berkembang biak (breeding site) yang sempurna bagi hama Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros).
Praktik zero burning yang tidak tuntas adalah sebuah ironi ekologis; niat baik menghindari polusi asap justru menciptakan ledakan populasi hama yang menghancurkan tanaman muda.
Satu lokasi peremajaan bahkan dapat menghasilkan hingga 20 ton larva dan imago kumbang tanduk hanya dalam dua bulan.
Kumbang dewasa yang muncul dari tumpukan ini akan menyerang titik tumbuh bibit sawit yang baru ditanam, menyebabkan kematian tanaman hingga 25% dan menunda masa panen hingga satu tahun.
Membuang Pupuk Alami: Sebaliknya, jika memilih jalan pintas dengan membakar biomassa, maka unsur hara berharga akan hilang.
Unsur Karbon dan Nitrogen akan menguap ke atmosfer, sementara mineral penting lainnya akan hilang terbawa air hujan, menjadikan tanah lebih miskin.
Panduan Ahli: Praktik Terbaik Manajemen Biomassa
Terapkan Zero Burning Secara Tuntas:
Cacah dan Sebar: Setelah menebang vegetasi atau pohon sawit tua, segera lakukan pencacahan (shredding atau chipping) untuk memperkecil ukuran batang dan dahan. Kemudian, sebarkan cacahan biomassa ini secara merata di area gawangan (di antara barisan tanam), jangan ditumpuk.
Manfaatkan sebagai Mulsa Organik:
Pengembalian Hara: Cacahan biomassa akan terdekomposisi secara perlahan, melepaskan kembali unsur hara penting seperti Kalium (K) ke dalam tanah.
Konservasi Tanah: Lapisan mulsa ini akan melindungi permukaan tanah dari erosi, menjaga kelembapan tanah, dan meningkatkan kandungan bahan organik dalam jangka panjang.
Pengendalian Hayati: Untuk pencegahan ekstra, taburkan jamur entomopatogen seperti Metarhizium anisopliae pada sisa-sisa cacahan biomassa untuk mengendalikan larva Oryctes secara biologis.
Kesalahan Fatal #4 - Abai Terhadap Konservasi Lahan Miring: Membiarkan Erosi Menggerus Keuntungan
Menanam kelapa sawit di lahan dengan topografi miring atau berbukit tanpa membangun sistem konservasi tanah dan air adalah kesalahan fatal yang dampaknya bersifat permanen.
Banyak pekebun mengabaikan pembuatan teras kontur karena dianggap menambah biaya dan waktu.
Dampak Tersembunyi yang Menghancurkan
Kehilangan Aset Paling Berharga (Topsoil): Pada lahan miring yang terbuka, setiap kali hujan deras turun, lapisan tanah atas (topsoil) yang paling subur akan terkikis dan hanyut.
Proses erosi ini secara perlahan namun pasti akan menggerus aset paling berharga milik pekebun, menyisakan lapisan tanah bawah yang tidak produktif.
Kerusakan ini sangat sulit dan mahal untuk dipulihkan.
Pupuk Terbuang Sia-sia: Mengabaikan terasering di lahan miring sama dengan membuang uang ke sungai secara harfiah.
Setiap kilogram pupuk yang ditaburkan akan dengan mudah larut dan terbawa aliran air permukaan (runoff) sebelum sempat diserap oleh akar tanaman.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kerugian ekonomi akibat erosi di Indonesia dapat mencapai 17% dari pendapatan bersih rata-rata petani per hektar lahan.
Ini adalah pemborosan finansial masif yang terjadi setiap tahun, membuat biaya produksi membengkak sementara produktivitas terus menurun.
Panduan Ahli: Praktik Terbaik Konservasi Lahan Miring
Wajib Terasering: Pembuatan teras adalah syarat mutlak untuk budidaya sawit yang berkelanjutan di lahan miring. Teras berfungsi memotong panjang lereng, memperlambat laju aliran air, dan memberi kesempatan bagi air untuk meresap ke dalam tanah.
Desain Teknis Teras:
Ukur kemiringan lahan secara akurat menggunakan alat seperti clinometer.
Bangun teras mengikuti garis kontur (garis dengan ketinggian yang sama), bukan sekadar garis lurus menuruni lereng.
Buat permukaan teras sedikit miring ke arah dalam (ke arah bukit) sekitar 10^\circ untuk menampung air dan pupuk agar tidak terbuang.
Bangun gundukan penahan (stop bund) setiap jarak 30 meter di sepanjang teras untuk mencegah erosi lateral.
Tabel Panduan Pembuatan Teras Berdasarkan Kemiringan
Kemiringan Lahan | Jenis Konservasi yang Dibutuhkan | Lebar Teras Minimum | Catatan Penting |
|---|---|---|---|
2% - 8% | Teras Individu (Tapak Kuda) | 2.5 meter | Dibuat per individu tanaman, efektif untuk topografi bergelombang. |
>8% - 15% | Teras Kontur Bersambung | 4.0 - 4.5 meter | Ideal untuk lereng yang seragam, bisa dibuat dengan alat berat. |
>15% - 25% | Teras Kontur Bersambung | 4.0 - 4.5 meter | Wajib dibuat. Jalan kebun harus dibangun terlebih dahulu untuk mengurangi risiko erosi saat pembuatan teras. |
>25% - 40% | Teras Kontur Bersambung atau Tapak Kuda dengan Rorak | 3.0 meter | Kondisi kritis. Jika teras kontur tidak memungkinkan, kombinasi tapak kuda dan rorak (lubang penampung air) adalah alternatif. |
Kesalahan Fatal #5 - Desain Drainase Asal Jadi: Jebakan Banjir dan Kekeringan
Sistem drainase sering dianggap sekadar "membuat parit untuk membuang air". Anggapan ini sangat berbahaya, terutama di lahan gambut.
Merancang drainase tanpa perencanaan matang berdasarkan topografi dan tipe tanah adalah kesalahan fatal yang dapat menghancurkan lahan secara permanen.
Dampak Tersembunyi yang Menghancurkan
Di Tanah Mineral: Drainase yang buruk menyebabkan genangan air berkepanjangan.
Kondisi ini menciptakan lingkungan anaerob (tanpa oksigen) di zona perakaran, yang memicu busuk akar, menghambat penyerapan hara, dan pada akhirnya dapat mematikan tanaman.
Paradoks Lahan Gambut: Di lahan gambut, kesalahan drainase memiliki konsekuensi ganda yang jauh lebih destruktif.
Di sini, drainase bukan tentang "membuang air", melainkan "mengelola ketinggian muka air tanah".
Kesalahan dalam pengelolaan ini tidak hanya merusak tanaman, tetapi juga menghancurkan media tanam itu sendiri.
Drainase yang terlalu dalam dan agresif akan mengeringkan lapisan atas gambut, memicu dekomposisi organik yang sangat cepat.
Proses ini menyebabkan subsiden (penurunan permukaan tanah) yang merusak infrastruktur dan meningkatkan risiko banjir.
Lebih parah lagi, pengeringan ekstrem menyebabkan kondisi kering tidak balik (irreversible drying), di mana gambut menjadi hidrofobik (menolak air) dan hancur seperti serbuk, kehilangan kemampuannya menopang tanaman.
Gambut kering ini juga menjadi bahan bakar super yang sangat mudah terbakar, menciptakan risiko kebakaran lahan yang sulit dipadamkan dan melepaskan "bom karbon" berupa emisi gas rumah kaca dalam jumlah masif.
Panduan Ahli: Praktik Terbaik Drainase
Perencanaan Sistematis: Rancang jaringan drainase yang terintegrasi (parit primer, sekunder, dan tersier/koleksi) berdasarkan peta topografi lahan.
Manajemen Muka Air Aktif:
Target Level: Di lahan gambut, tujuan utamanya adalah mempertahankan tinggi muka air tanah pada level 50-70 cm dari permukaan. Ini adalah titik keseimbangan antara menyediakan aerasi yang cukup untuk akar dan menjaga kelembapan gambut untuk mencegah subsiden dan kebakaran.
Struktur Kontrol: Bangun infrastruktur seperti pintu air (water gates) dan bendung (weirs) untuk mengontrol level air secara aktif, baik untuk membuang kelebihan air saat hujan maupun menahannya saat kemarau.
Pemadatan Lahan Gambut: Sebelum menanam di lahan gambut, lakukan pemadatan menggunakan ekskavator. Proses ini meningkatkan bobot isi tanah, memperlambat laju subsiden, dan memberikan penahan akar yang lebih kokoh untuk mencegah tanaman miring atau roboh di kemudian hari.
Kesalahan Fatal #6 - Lubang Tanam Seadanya: Awal yang Buruk bagi Bibit
Setelah semua persiapan lahan selesai, tahap akhir sebelum penanaman adalah pembuatan lubang tanam.
Kesalahan yang sering terjadi adalah menggali lubang seadanya, terlalu kecil, dangkal, dan tanpa pemberian pupuk dasar, dengan anggapan "yang penting bibit bisa masuk".
Dampak Tersembunyi yang Menghancurkan
Stagnasi Pertumbuhan Awal: Lubang tanam yang sempit dan tanah yang tidak digemburkan akan membatasi ruang gerak akar bibit untuk berkembang.
Periode awal setelah tanam adalah masa kritis yang menentukan performa tanaman di masa depan.
Kegagalan memberikan "bekal" nutrisi dan ruang yang cukup di lubang tanam akan membuat bibit mengalami stres, pertumbuhannya terhambat (stagnasi), dan lebih rentan terhadap kekeringan serta persaingan dengan gulma.
Keterlambatan pertumbuhan di fase awal ini seringkali tidak akan pernah bisa dikejar sepenuhnya, bahkan dengan pemupukan intensif di kemudian hari.
Akar Gagal Berkembang: Perkembangan sistem perakaran yang kuat adalah kunci keberhasilan tanaman.
Tanpa pupuk dasar, terutama Fosfor (P) yang berperan penting dalam pembentukan akar, pertumbuhan akar akan menjadi lambat dan lemah.
Panduan Ahli: Praktik Terbaik Pembuatan Lubang Tanam
Standar Ukuran Lubang Tanam: Gali lubang tanam dengan dimensi standar 60 cm x 60 cm x 60 cm. Ukuran ini menyediakan volume tanah yang gembur dan ideal bagi akar muda untuk menembus dan berkembang dengan cepat. Di lahan gambut, dapat digunakan teknik hole-in-hole di mana lubang dibuat lebih dalam untuk menempatkan pangkal bibit di bawah permukaan gambut yang telah dipadatkan.
Aplikasi Pupuk Dasar Wajib:
Jenis dan Dosis: Gunakan pupuk Rock Phosphate (RP) sebanyak 250-500 gram per lubang. RP bersifat slow-release, sehingga menyediakan pasokan Fosfor jangka panjang tepat di zona perakaran tanpa risiko "membakar" akar bibit.
Cara Aplikasi: Taburkan RP di dasar lubang tanam dan campurkan dengan sedikit tanah galian lapisan atas (topsoil) sebelum bibit dimasukkan.
Penanaman yang Benar: Sobek plastik polibag dengan hati-hati agar bola tanah tidak pecah. Letakkan bibit di tengah lubang, lalu timbun kembali dengan topsoil terlebih dahulu, baru kemudian tanah lapisan bawah. Padatkan tanah di sekitar bibit secukupnya untuk memastikan bibit berdiri tegak.
Kesalahan Fatal #7 - Membiarkan Tanah Terbuka: Mengundang Gulma dan Erosi
Kesalahan terakhir yang sering disepelekan adalah membiarkan permukaan tanah yang sudah diolah tetap terbuka (bare soil) dalam waktu lama tanpa segera menanam Tanaman Penutup Tanah atau Legume Cover Crops (LCC).
Dampak Tersembunyi yang Menghancurkan
Erosi Permukaan dan Ledakan Gulma: Tanah yang terbuka sangat rentan terhadap erosi akibat tetesan air hujan yang langsung menghantam permukaan tanah.
Lebih dari itu, alam tidak menyukai kekosongan. Lahan yang terbuka adalah undangan terbuka bagi gulma-gulma agresif untuk tumbuh subur.
Gulma ini akan menjadi pesaing utama bagi bibit sawit yang baru ditanam dalam memperebutkan air, unsur hara, dan cahaya matahari.
Tidak menanam LCC adalah keputusan "hemat di depan, boros di belakang".
Biaya benih LCC yang mungkin coba dihemat akan dibayar berkali-kali lipat lebih mahal dalam bentuk biaya herbisida dan tenaga kerja untuk mengendalikan gulma selama 2-3 tahun pertama.
Kerugian ini belum termasuk potensi produksi yang hilang akibat pertumbuhan sawit yang tertekan oleh persaingan dengan gulma.
Panduan Ahli: Praktik Terbaik Penanaman LCC
Segera Tanam LCC: Lakukan penanaman LCC sesegera mungkin setelah aktivitas pembersihan lahan dan pembuatan teras selesai, idealnya sebelum penanaman bibit kelapa sawit.
Gunakan Campuran Spesies: Gunakan campuran beberapa jenis kacangan untuk mendapatkan penutupan lahan yang cepat dan merata. Kombinasi yang umum digunakan adalah Pueraria javanica (PJ), Calopogonium mucunoides (CM), dan Centrosema pubescens (CP).
Manfaat Multifungsi LCC:
Konservasi Tanah dan Air: Membentuk "karpet" hidup yang melindungi tanah dari erosi dan menjaga kelembapan.
Menekan Gulma: Mengurangi biaya penyiangan dan penggunaan herbisida secara signifikan.
Menambah Kesuburan: Sebagai legum, LCC mampu mengikat Nitrogen dari udara dan menyediakannya bagi tanaman sawit, serta menambah bahan organik ke dalam tanah saat meluruh.
Kesimpulan: Investasi Cermat di Awal, Kunci Panen Berkelanjutan
Ketujuh kesalahan fatal ini bukanlah masalah yang berdiri sendiri, melainkan sebuah rangkaian efek domino yang saling terkait.
Mengabaikan analisis tanah akan menyebabkan kesalahan pemupukan.
Pengolahan tanah yang buruk akan menghambat akar menyerap pupuk tersebut.
Erosi di lahan miring akan menghanyutkan pupuk yang sudah salah diaplikasikan, dan seterusnya.
Persiapan lahan bukanlah sebuah pos biaya yang harus diminimalkan, melainkan merupakan investasi paling krusial yang menentukan potensi produktivitas dan profitabilitas kebun selama siklus hidupnya yang mencapai 25 tahun.
Setiap rupiah dan jam kerja yang diinvestasikan dengan cermat dan benar pada tahap fundamental ini akan kembali berlipat ganda dalam bentuk panen yang melimpah, biaya pemeliharaan yang lebih efisien, dan perkebunan yang berkelanjutan. Jangan mengambil jalan pintas; bangunlah fondasi kebun Anda dengan kokoh.
Karya yang dikutip
- Kegagalan Investasi Sawit Karena Ketidaktahuan
- Ketika Sawit Gagal Panen : Tantangan dan Solusi
- KENDALA BUDIDAYA KELAPA SAWIT PADA TANAH SULFAT MASAM
- Karakteristik Kimia Tanah pada Areal Kelapa Sawit dan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) di Kabupaten Tapin
- PERMASALAHAN FOSFAT (P)
- Analisa Daun Dan Tanah Untuk Penyusunan Rekomendasi ...
- Pentingnya Soil Sampling Unit (SSU) dalam Penyusunan Rekomendasi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit
- studi sifat fisik tanah pada kebun karet dan kelapa sawit di desa rasan kecamatan ngabang
- PENGAMBILAN SAMPEL UJI TANAH
- Hubungan Analisis Tanah dan Daun dengan Produktivitas Kelapa Sawit di Tanah Gambut Mendawai Seberang, Arut Selatan, Kotawaringin Barat
- evaluasi-kesuburan-tanah-untuk-replantin
- ANALISA SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TANAMAN KELAPA SAWIT DI AFDELING I KEBUN BALIMBINGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
- Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Tanah Masam (Podzolik) terhadap Aplikasi Sumber Basa (Abu Jerami)
- Pengolahan Tanah pada Areal Peremajaan Kelapa Sawit
- Evaluasi Pengaruh Bajak Dalam dan Penambahan Bahan Organik terhadap Sifat Biologi Tanah dan Petumbuhan Akar Kelapa Sawit
- LAND PREPARATION FOR OIL PALM REPLANTING
- Teknik Pembukaan Lahan Sawit, Begini Caranya
- Pengendalian Kumbang Oryctes rhinoceros Pada Tanaman Kelapa,
- 21. Oryctes rhinoceros L. dan Usaha Pengendaliannya dengan asb
- Pengendalian Hama Oryctes Rhinoceros Pada Kegiatan Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat Di Kabupaten Ogan Komering Ilir
- 4 Dampak Penyiapan Lahan dengan Pembakaran terhadap Kondisi Biofisik Lahan Gambut
- RSPO Smallholder Best Management Practices Manual
- Biomassa
- Menentukan Teras Sesuai Kemiringan
- Sebab dan Akibat dari Erosi Tanah, dan Bagaimana Mencegahnya
- aliran permukaan, erosi dan kehilangan hara kebun kelapa sawit
- Begini Cara Menentukan Teras Di Kebun Sawit Berkontur Miring
- LANDA CLEARING (LC) ATAU PEMBUKAAN LAHAN
- PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA WIT BERKELANJUTAN ASI TANAH DAN AIR
- BEST MANAGEMENT PRACTICES FOR SUSTAINABLE ...
- “Mengapa Tanah Kami?”: Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Membahayakan Lahan Gambut dan Penghidupan Masyarakat
- 6 Dampak Deforestasi untuk Pembuatan Perkebunan Kelapa Sawit
- Best Practices Pengelolaan Air Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut
- Palm Tree Farm: 10 Sustainable Practices For Success
- Inilah Pupuk Sawit yang Tepat untuk Pemupukan
- Pemupukan Lubang Tanam dengan Rock Phospat dan Dolomite, bolehkah Berbarengan?
- Tips Cara Tanam Sawit Yang Baik dan Benar
- PREDIKSI BAHAYA EROSI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (elaise guineneensis jack)
- Persiapan Lahan Perkebunan
- Menanam Sawit di Lahan Miring
- Oil Palm Plantation: Cultivation & Management Tips For Growers








Posting Komentar untuk "7 Kesalahan Fatal dalam Persiapan Lahan yang Bisa Gagalkan Panen Sawit"
Silahkan bertanya!!!
Posting Komentar