Pelajari cara mengombinasikan pupuk kandang dari sapi dengan pupuk NPK untuk mendapatkan hasil maksimal di kebun kelapa sawit Anda
Optimalisasi Pupuk NPK dan Pupuk Kandang Sapi untuk Kelapa Sawit
Sinergi Sapi dan Sawit untuk Pertanian Berkelanjutan
Sektor pertanian Indonesia sangat bergantung pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), sebuah komoditas perkebunan yang menempati posisi terpenting karena kemampuannya menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektar dibandingkan tanaman penghasil minyak atau lemak lainnya.
Pada tahun 2019, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 14,7 juta hektar, menunjukkan potensi ekonomi yang luar biasa.
Namun, dominasi praktik budidaya kelapa sawit konvensional yang sangat bergantung pada pupuk kimia sintetis telah menimbulkan sejumlah tantangan serius.
Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan berkelanjutan dapat merusak keseimbangan biologi, fisika, dan kimia tanah, bahkan menyebabkan tanah menjadi keras akibat residu yang tertinggal.
Lebih lanjut, kegiatan pemupukan konvensional di perkebunan kelapa sawit saat ini berkontribusi signifikan terhadap emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Pergeseran menuju praktik pertanian berkelanjutan bukan lagi sekadar pilihan, melainkan suatu keharusan yang didorong oleh standar nasional dan internasional seperti Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), International Sustainability and Carbon Certification (ISCC), dan Good Agricultural Practices (GAP).
Standar-standar ini secara eksplisit menekankan minimalisasi penggunaan bahan kimia sintetis dan pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab.
Kondisi ini menjadikan adopsi praktik pertanian terintegrasi sebagai imperatif pasar dan regulasi yang krusial untuk menjaga daya saing industri kelapa sawit di kancah global.
Menanggapi tantangan ini, Sistem Integrasi Sapi-Sawit (SISKA) muncul sebagai model usaha tani yang mengintegrasikan budidaya kelapa sawit dengan peternakan sapi potong di lahan yang sama.
Pendekatan ini menciptakan hubungan simbiosis mutualisme, di mana limbah dari satu komponen menjadi sumber daya berharga bagi komponen lainnya.
Gulma di perkebunan dapat menjadi pakan sapi, sementara kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman kelapa sawit, mengurangi kebutuhan herbisida dan menekan biaya pakan.
Penerapan SISKA menawarkan solusi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang signifikan.
Sistem ini juga berperan penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional dengan mengurangi ketergantungan pada impor sapi.
SISKA merupakan pendekatan multi-dimensi yang secara simultan mengatasi berbagai tantangan pertanian modern, mulai dari efisiensi sumber daya dan pengurangan dampak lingkungan hingga peningkatan ketahanan pangan dan mitigasi perubahan iklim.
Ini menunjukkan bahwa solusi berkelanjutan seringkali bersifat multi-dimensi dan saling terkait.
Pemanfaatan pupuk organik dari kotoran sapi dan limbah cair sawit dapat secara substansial menurunkan emisi GRK dari sektor sawit, masing-masing sebesar 33,98% dan 17,03%.
Selain itu, praktik penggembalaan sapi di perkebunan secara nyata mengurangi emisi gas metana dan nitrogen oksida dari kotoran ternak.
Kumpulan fakta ini menegaskan bahwa SISKA bukan hanya perbaikan parsial, melainkan kerangka kerja komprehensif yang secara sinergis menyelesaikan beberapa masalah krusial dalam pertanian, menjadikannya model yang sangat adaptif dan berwawasan ke depan.
Dalam kerangka SISKA, strategi kunci untuk mencapai hasil maksimal di kebun kelapa sawit adalah dengan mengombinasikan pupuk NPK kimia dan pupuk kandang sapi.
Pendekatan ini memanfaatkan kekuatan pupuk kimia untuk suplai hara cepat dan pupuk organik untuk perbaikan kesuburan tanah jangka panjang.
Kombinasi pupuk NPK dan pupuk kandang sapi menciptakan efek sinergis yang melampaui manfaat masing-masing secara terpisah.
Ini mengarah pada efisiensi penggunaan pupuk kimia yang lebih tinggi, peningkatan produktivitas yang berkelanjutan, dan perbaikan kesehatan tanah jangka panjang, yang pada akhirnya mengurangi ketergantungan pada input eksternal.
Sebagai contoh, penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik kotoran sapi yang dikombinasikan dengan pupuk NPK mampu meningkatkan pertambahan tinggi tanaman dan lebar kanopi tanaman buncis, sekaligus mengefisienkan penggunaan pupuk NPK sebesar 25%.
Prinsip yang sama berlaku untuk kelapa sawit, di mana pupuk kandang sapi dapat memperbaiki kondisi tanah (pH, C-organik, KTK) sehingga penyerapan NPK menjadi lebih optimal dan residu kimia berkurang, mendorong pertumbuhan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Memahami Pupuk NPK untuk Kelapa Sawit
Pupuk NPK adalah pupuk majemuk yang mengandung tiga unsur hara makro esensial: Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K).
Ketiga unsur ini sangat vital untuk pertumbuhan dan produktivitas optimal tanaman kelapa sawit.
Selain itu, beberapa formulasi NPK juga diperkaya dengan unsur hara sekunder seperti Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Sulfur (S), dan unsur mikro seperti Boron (B) dan Seng (Zn).
Fungsi Utama Unsur Hara N, P, dan K pada Kelapa Sawit
Nitrogen (N): Unsur N berperan krusial dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, termasuk pembentukan tunas baru dan peningkatan kehijauan daun. Nitrogen merupakan komponen utama klorofil, pigmen yang bertanggung jawab untuk fotosintesis. Ketersediaan N yang cukup memastikan tanaman dapat melakukan fotosintesis secara efisien, menghasilkan energi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang kuat dan sehat. Penggunaan pupuk NPK secara maksimal dapat meningkatkan pertumbuhan tunas, menghijaukan daun, dan pada akhirnya meningkatkan hasil panen.
Fosfor (P): Fosfor sangat penting untuk perkembangan sistem perakaran yang kuat, pembungaan, dan peningkatan kualitas buah. P juga membantu meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit. Fosfor terlibat dalam transfer energi dalam sel tanaman dan merupakan komponen penting dari DNA dan RNA. Kekurangan P dapat menghambat metabolisme dan pertumbuhan tanaman.
Kalium (K): Kalium memainkan peran sentral dalam inisiasi pembungaan kelapa sawit, yang secara langsung memengaruhi jumlah dan ukuran tandan buah. K juga meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman lingkungan seperti kekeringan. Kalium membantu mengatur pergerakan air, nutrisi, dan karbohidrat dalam jaringan tanaman.
Magnesium (Mg): Magnesium adalah komponen inti klorofil, sehingga sangat penting untuk fotosintesis. Kekurangan magnesium dapat menyebabkan daun menguning dan terbakar, dimulai dari bagian tepi hingga ke tengah daun.
Boron (B): Boron adalah unsur mikro yang esensial untuk pertumbuhan tunas, pembentukan buah, dan integritas dinding sel. Kekurangan boron dapat menyebabkan daun mengeriting dan melipat menyerupai mata pancing.
Jenis-jenis Pupuk NPK yang Umum Digunakan untuk Kelapa Sawit
Berbagai jenis pupuk NPK diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik kelapa sawit pada fase pertumbuhan yang berbeda. Beberapa formulasi umum meliputi:
NPK 16-16-16: Jenis ini, seperti NPK Pak Tani, NPK Kebomas, NPK Mutiara (Yara Mila), NPK Ria, NPK Zamrud, NPK Mahkota, dan NPK Pelangi, mengandung rasio N, P, dan K yang seimbang. Pupuk ini umumnya digunakan untuk mendukung pertumbuhan vegetatif yang kuat dan pembentukan daun yang sehat. NPK Mutiara 16-16-16, misalnya, dikenal baik untuk pertumbuhan tanaman yang cepat.
NPK 15-15-15: Contohnya NPK Phonska, NPK Basf (Nitrophoska), NPK Phonska Plus, dan NPK Ria Plus. Pupuk ini juga menyediakan rasio N, P, dan K yang seimbang dan sering digunakan untuk berbagai jenis tanaman, termasuk kelapa sawit.
NPK 15-15-6-4: Formulasi ini, seperti NPK Sawit 15-15-6-4 dari Saprotan Utama, diformulasikan khusus untuk pembibitan (nursery) dan tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan (TBM). Kandungan N dan P yang lebih tinggi mendukung pertumbuhan awal bibit, pembentukan akar, dan batang.
NPK 12-12-17-2+TE: Pupuk ini memiliki kandungan K yang lebih tinggi, cocok untuk fase tanaman menghasilkan (TM) atau untuk perkebunan yang memiliki status N dan P rendah.
NPK 13-6-27-4+0.65B: Formulasi ini, seperti NPK Sawit 13-6-27-4+0.65B dari Saprotan Utama, dirancang khusus untuk tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM), dengan dominasi Kalium untuk meningkatkan produksi buah. Pupuk ini juga mengandung Magnesium dan Boron sebagai hara mikro esensial.
NPK Palmo dan NPK Mahkota 12-12-17-2 TE: Pupuk ini diformulasikan khusus untuk kelapa sawit, dengan NPK Palmo memiliki unsur hara lengkap untuk memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kapasitas akar, sementara NPK Mahkota 12-12-17-2 TE diformulasikan khusus untuk kelapa sawit dan pembibitannya di dataran rendah.
Gejala Defisiensi Unsur Hara pada Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit yang kekurangan unsur hara tertentu akan menunjukkan gejala yang tidak sehat, memberikan indikasi awal adanya masalah nutrisi.
Visualisasi gejala defisiensi unsur hara merupakan tanda peringatan dini yang penting, namun interpretasinya memerlukan keahlian.
Hal ini menunjukkan perlunya analisis tanah dan daun secara berkala untuk manajemen nutrisi yang tepat, karena tanda visual saja bisa menyesatkan atau menunjukkan defisiensi yang sudah parah.
Defisiensi Nitrogen (N): Daun kelapa sawit akan tampak pucat dan transparan jika terkena sorot sinar matahari. Jika tidak segera ditangani, pohon tidak dapat melakukan fotosintesis secara efektif. Kondisi ini dapat dikembalikan dengan pemberian pupuk Urea atau ZA.
Defisiensi Fosfor (P): Pohon kelapa sawit yang kekurangan fosfor akan menunjukkan tanda-tanda pada batangnya yang berbentuk meruncing. Selain itu, pelepah daunnya akan berubah warna menjadi kemerah-merahan. Di area sekeliling batang tanaman yang kekurangan fosfor juga banyak ditumbuhi rumput berdaun keungu-unguan. Solusi untuk mengatasinya adalah dengan mengaplikasikan pupuk TSP atau pupuk RP.
Defisiensi Kalium (K): Tanaman yang mengalami defisiensi kalium secara visual dapat dicirikan dengan timbulnya bercak-bercak berwarna kuning hingga jingga (orange spotting) yang tembus cahaya pada daun tua. Semakin parah kekurangan K, bercak akan semakin banyak dan besar, dimulai dari daun tua dan dapat menyebabkan daun mengering.
Defisiensi Magnesium (Mg): Daun kelapa sawit akan tampak menguning, dan lama-kelamaan berubah warna menjadi kehitam-hitaman seolah terbakar panas matahari. Perubahan warna ini dimulai dari bagian tepi hingga akhirnya berlanjut ke bagian tengah daun. Untuk memulihkannya, dapat diberikan dolomit atau kieserite.
Defisiensi Boron (B): Ciri-ciri terakhir dari tanaman kelapa sawit yang kekurangan unsur hara boron adalah daunnya berubah bentuk menjadi keriting. Kadang-kadang bagian ujung anak daunnya pun berbentuk melipat menyerupai bentuk mata pancing. Kondisi ini dapat diatasi dengan memberikan pupuk borate atau pupuk HGFB secukupnya.
Meskipun gejala visual memberikan petunjuk awal, analisis kadar hara daun dan tanah di laboratorium sangat penting untuk menentukan tingkat defisiensi yang akurat dan merekomendasikan dosis pemupukan yang tepat.
Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa kadar hara N, P, dan K pada beberapa blok kelapa sawit tergolong defisiensi hingga optimum, dan rekomendasi dosis pupuk didasarkan pada analisis ini untuk meningkatkan produksi.
Peran Vital Pupuk Kandang Sapi dalam Integrasi Sapi-Sawit
Pupuk kandang sapi merupakan komponen kunci dalam sistem pertanian berkelanjutan, khususnya dalam konteks integrasi sapi-sawit.
Pemanfaatan limbah ternak ini tidak hanya mengurangi masalah lingkungan, tetapi juga menyediakan sumber nutrisi berharga bagi tanaman kelapa sawit.
Komposisi Nutrisi Pupuk Kandang Sapi
Pupuk kandang sapi, terutama setelah dikomposkan, merupakan bahan pembenah tanah yang sangat baik dan alami.
Meskipun umumnya mengandung hara makro (N, P, K) dalam konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan pupuk kimia sintetis, pupuk organik ini kaya akan hara mikro yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor: 28/Permentan/SR.130/5/2009, pupuk kandang padat secara teknis minimal harus mengandung C-organik lebih dari 15%, dengan rasio C/N berkisar antara 15-25, serta kandungan hara makro N, P2O5, dan K2O masing-masing sebesar 4%.
Namun, perlu dicatat bahwa komposisi nutrisi pupuk kandang sapi dapat bervariasi tergantung pada faktor seperti pakan sapi, usia kotoran, dan proses pengolahannya.
Sebagai contoh, analisis menunjukkan bahwa pupuk kandang sapi dapat memiliki kandungan N sekitar 1,01-1,53%, P sekitar 0,28-0,67%, dan K sekitar 0,70-2,40%, dengan rasio C/N yang juga bervariasi.
Oleh karena itu, proses pengomposan yang tepat sangat penting untuk mencapai rasio C/N yang optimal dan meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman.
Manfaat Pupuk Kandang Sapi bagi Kesuburan Tanah Kelapa Sawit
Pupuk kandang sapi memberikan manfaat yang sangat signifikan bagi kesuburan tanah, terutama pada tanah yang bermasalah dengan kesuburan.
Manfaat pupuk kandang sapi yang beragam melampaui sekadar penambahan nutrisi; pupuk ini berfungsi sebagai pembenah tanah, meningkatkan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah secara komprehensif.
Perbaikan holistik ini sangat penting untuk kesehatan tanah jangka panjang dan siklus nutrisi, berbeda dengan manfaat terbatas yang ditawarkan oleh pupuk sintetis saja.
Peningkatan C-Organik Tanah: Pemberian pupuk kandang sapi secara nyata meningkatkan kandungan C-Organik tanah. Peningkatan dosis pupuk kandang sapi selalu diikuti oleh peningkatan jumlah C-Organik tanah secara linear. Hal ini disebabkan oleh kadar C-Organik yang terkandung dalam pupuk kandang itu sendiri, serta pelepasan senyawa karbon dari dekomposisi kotoran sapi. Peningkatan C-organik ini sangat penting karena bahan organik adalah penyusun utama kesuburan tanah.
Perbaikan pH Tanah: Pemberian pupuk kandang sapi juga memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan pH tanah. Peningkatan pH tanah diduga disebabkan oleh pelepasan ion OH- dari gugus karboksil (-COOH) bahan organik yang menetralkan ion H+ dalam larutan tanah. Perbaikan pH ini sangat menguntungkan, terutama pada tanah masam yang umum dijumpai di perkebunan kelapa sawit.
Peningkatan P-Total dan P-Tersedia: Pupuk kandang sapi secara signifikan meningkatkan P-Total dan P-Tersedia dalam tanah. Peningkatan ini terjadi karena kandungan unsur P dalam pupuk kandang sapi, serta perbaikan kondisi tanah (terutama kenaikan pH) yang meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah, sehingga meningkatkan proses dekomposisi bahan organik dan ketersediaan P.
Peningkatan Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Suplai Hara: Pupuk organik, termasuk pupuk kandang sapi, dapat memperbaiki sifat kimia tanah seperti meningkatkan KTK tanah dan suplai hara N, P, dan S. KTK yang lebih tinggi berarti tanah memiliki kemampuan lebih baik untuk menahan dan menyediakan unsur hara bagi tanaman.
Perbaikan Sifat Fisik dan Biologi Tanah: Pupuk kandang sapi dapat memperbaiki sifat fisik tanah, seperti meningkatkan kapasitas pegang air tanah dan total ruang pori. Selain itu, pupuk organik ini mendorong kehidupan jasad renik dan aktivitas mikroba tanah, yang esensial untuk siklus nutrisi dan kesehatan ekosistem tanah secara keseluruhan.
Pemanfaatan Limbah Sapi dalam SISKA
Dalam sistem integrasi sapi-sawit, limbah dari peternakan sapi diubah menjadi sumber daya berharga.
Kotoran padat sapi dapat diolah menjadi kompos, sementara urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair (biourine).
Pengolahan limbah ini tidak hanya menyediakan pupuk organik yang murah, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik yang dapat menyebabkan pencemaran tanah dan air.
Model ekonomi sirkular yang terwujud dalam SISKA mengubah limbah pertanian menjadi sumber daya yang bernilai, menunjukkan bahwa keberlanjutan dapat menjadi pendorong efisiensi ekonomi.
Hal ini tidak hanya mengurangi dampak lingkungan (emisi GRK, limbah kimia) tetapi juga menciptakan aliran nilai ekonomi baru (pupuk organik, pengurangan biaya pakan/herbisida).
Pengurangan Penggunaan Herbisida: Sapi yang digembalakan di perkebunan kelapa sawit akan memakan gulma yang tumbuh di antara pohon sawit, sehingga mengurangi kebutuhan akan herbisida. Ini tidak hanya menghemat biaya operasional tetapi juga mengurangi dampak negatif herbisida terhadap lingkungan.
Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK): SISKA berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim. Kegiatan pemupukan konvensional pada perkebunan kelapa sawit saat ini berkontribusi signifikan terhadap emisi GRK. Dengan memanfaatkan pupuk organik dari kotoran sapi dan limbah cair sawit sebagai pengganti pupuk kimia, emisi GRK dari sektor sawit dapat diturunkan secara substansial (misalnya, penggunaan limbah cair sawit dan urin sapi dapat menurunkan emisi GRK sebesar 17,03%, dan pemanfaatan janjang kosong sawit yang dikombinasikan dengan manure sapi dapat menurunkan emisi GRK sebesar 33,98%). Selain itu, praktik penggembalaan sapi secara nyata akan mengurangi tingkat emisi gas metana dan nitrogen oksida dari kotoran ternak.
Sinergi Optimal Pupuk NPK dan Pupuk Kandang Sapi
Kombinasi pupuk NPK dan pupuk kandang sapi dalam budidaya kelapa sawit menghadirkan pendekatan yang optimal untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan.
Sinergi ini memungkinkan pemanfaatan keunggulan masing-masing jenis pupuk secara maksimal, sambil meminimalkan kekurangan yang mungkin timbul jika digunakan secara terpisah.
Mekanisme Sinergi
Sinergi antara pupuk NPK dan pupuk kandang sapi adalah contoh utama biomimikri dalam pertanian, di mana proses alami (dekomposisi pupuk kandang, pengkondisian tanah) dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas input sintetis.
Pendekatan ini tidak hanya mengoptimalkan pengiriman nutrisi tetapi juga membangun ketahanan ekologis jangka panjang, melampaui pemikiran input-output sederhana.
Peningkatan Efisiensi Penyerapan NPK: Pupuk kandang sapi, dengan kemampuannya memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (seperti meningkatkan C-organik, menaikkan pH, dan meningkatkan KTK), menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi akar tanaman untuk menyerap unsur hara. Tanah yang gembur dengan pH optimal dan kapasitas tukar kation yang tinggi akan memastikan bahwa unsur N, P, dan K dari pupuk kimia dapat diserap secara lebih efisien oleh tanaman, mengurangi kehilangan hara akibat pencucian atau pengikatan oleh tanah. Ini juga membantu mengurangi residu pupuk kimia yang dapat menyebabkan tanah menjadi keras.
Suplai Hara Cepat dan Lepas Lambat: Pupuk NPK menyediakan unsur hara makro yang cepat tersedia bagi tanaman, memberikan dorongan instan untuk pertumbuhan. Sementara itu, pupuk kandang sapi, sebagai bahan organik, melepaskan unsur hara secara bertahap seiring dengan proses dekomposisinya. Ini memastikan suplai hara yang berkelanjutan dalam jangka panjang, mencegah defisiensi hara di antara periode pemupukan kimia. Kombinasi ini menjamin ketersediaan nutrisi yang seimbang dan stabil sepanjang siklus pertumbuhan tanaman.
Studi Kasus Efisiensi dan Peningkatan Hasil
Bukti empiris secara konsisten menunjukkan bahwa kombinasi pupuk organik dan anorganik mengungguli penggunaan salah satu pendekatan saja.
Hal ini menyoroti keunggulan praktis dan ekonomis dari strategi pemupukan hibrida, memberikan argumen kuat untuk adopsi luasnya.
Peningkatan Produktivitas Tanaman: Penelitian pada tanaman buncis menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik kotoran sapi yang dikombinasikan dengan pupuk NPK mampu meningkatkan pertambahan tinggi tanaman dan lebar kanopi. Yang lebih penting, kombinasi ini juga mengefisienkan penggunaan pupuk NPK hingga 25%, dengan peningkatan hasil produksi tertinggi dicapai pada penambahan 8 ton/ha pupuk organik kotoran sapi yang dikombinasikan dengan 300 kg/ha pupuk NPK.
Optimalisasi Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit: Studi pada bibit kelapa sawit menunjukkan bahwa substitusi pupuk NPK majemuk dengan pupuk kandang sapi pada dosis kombinasi 25% NPK + 75% pupuk kandang sapi secara signifikan meningkatkan kesuburan tanah, aktivitas fisiologis, dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada tanah regosol. Dosis kombinasi ini diidentifikasi sebagai dosis optimal untuk aplikasi di lapangan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang sapi dapat secara substansial mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia tanpa mengorbankan pertumbuhan.
Peningkatan Berat Tandan Buah Segar (TBS): Pemanfaatan limbah peternakan sapi sebagai pupuk organik (kompos dan biourine) terbukti dapat meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit dan berat tandan buah segar (TBS). Meskipun jumlah tanaman dan TBS yang dipanen mungkin tidak menunjukkan perbedaan signifikan dalam jangka pendek, kombinasi pupuk organik dan biourine memberikan hasil tertinggi dalam produktivitas dan berat rata-rata TBS pada tahun kedua pengamatan. Unsur P dalam kompos dan biourine memainkan peran krusial dalam peningkatan berat TBS ini.
Studi-studi ini secara konsisten menunjukkan bahwa kombinasi pupuk NPK dan pupuk kandang sapi tidak hanya meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, tetapi juga meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia dan memperbaiki kesehatan tanah dalam jangka panjang.
Panduan Aplikasi dan Dosis Pupuk NPK Sapi Sawit yang Tepat
Penerapan pupuk yang efektif adalah kunci untuk mencapai produktivitas kelapa sawit yang optimal dan berkelanjutan.
Ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang prinsip "5 Tepat" dalam pemupukan, serta dosis dan metode aplikasi yang disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungan.
Prinsip 5 Tepat Pemupukan
Untuk mencapai produktivitas optimal dan produksi kelapa sawit berkualitas tinggi, penting untuk mengikuti prinsip "5 Tepat" dalam pemupukan :
Tepat Jenis: Sesuaikan formulasi pupuk dengan kebutuhan nutrisi spesifik tanaman pada setiap fase pertumbuhan.
Tepat Dosis: Aplikasikan pupuk sesuai dengan dosis anjuran dan rekomendasi yang didasarkan pada analisis tanah dan daun.
Tepat Waktu: Sesuaikan aplikasi pupuk dengan kebutuhan nutrisi pada setiap fase pertumbuhan (pembibitan, TBM, TM) dan kondisi cuaca, terutama curah hujan.
Tepat Cara: Ikuti petunjuk aplikasi pada kemasan (dibenamkan/disebar) agar unsur hara dapat diserap secara optimal oleh tanaman.
Tepat Sasaran: Pelajari lingkungan di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan konsultasikan dengan ahli agronomi untuk hasil maksimal.
Dosis dan Metode Aplikasi Pupuk NPK Berdasarkan Fase Tanaman
Pertanian presisi, khususnya dalam pemupukan, bukan hanya tentang mengaplikasikan nutrisi, tetapi juga tentang memahami kebutuhan dinamis tanaman pada berbagai tahap pertumbuhan dan kondisi lingkungan.
Pendekatan adaptif ini memaksimalkan penyerapan nutrisi, meminimalkan pemborosan, dan meningkatkan profitabilitas pertanian secara keseluruhan, menjauh dari mentalitas "satu ukuran cocok untuk semua".
Analisis tanah dan daun secara berkala sangat penting untuk memastikan rekomendasi dosis yang tepat dan adaptif.
Pembibitan (1-12 Bulan):Jenis Pupuk: Gunakan NPK 15-15-6-4 atau formulasi serupa dengan kandungan N & P yang lebih tinggi untuk mendukung pertumbuhan awal bibit, pembentukan akar & batang.
Dosis: 30 gram/pohon untuk bibit umur 1-3 bulan, dan 75 gram/pohon untuk bibit umur 4-12 bulan.
Metode Aplikasi: Dibenamkan sedalam 3-5 cm di dalam tanah.
Frekuensi: Berikan setiap 3 bulan.
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM, 1-3 Tahun):
Jenis Pupuk: Gunakan NPK 12-12-17-2+TE dengan NPK berimbang untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif.
Dosis: 2-2,5 kg/pohon.
Metode Aplikasi: Bagi menjadi 2-3 kali pemupukan dalam 1 tahun. Dapat dibenamkan sedalam 10-15 cm di dalam tanah atau disebarkan di sekeliling tanaman dengan radius 2/3 dari tajuk.
Frekuensi: 2-3 kali per tahun.
Tanaman Menghasilkan (TM, 4 – >20 Tahun):
Jenis Pupuk: Gunakan NPK Sawit 13-6-27-4+0.65B atau NPK 12-12-17-2+TE, tergantung karakteristik tanah, dengan dominasi unsur K untuk meningkatkan produksi buah.
4-8 tahun: 2-2,5 kg/pohon/aplikasi.
9-13 tahun: 3-4 kg/pohon/aplikasi.
14-20 tahun: 2-3,5 kg/pohon/aplikasi.
20 tahun: 2-3 kg/pohon/aplikasi.
(Catatan: Dosis ini untuk per aplikasi, sehingga total per tahun bisa dua kali lipat jika aplikasi 2 kali/tahun).
Metode Aplikasi: Bagi menjadi 2 kali pemupukan dalam 1 tahun. Dapat dibenamkan sedalam 10-15 cm di dalam tanah atau disebarkan di sekeliling tanaman dengan radius 2/3 dari tajuk.
Frekuensi: 2 kali per tahun.
Dosis dan Metode Aplikasi Pupuk Kandang Sapi
Pupuk kandang sapi dapat diaplikasikan dalam bentuk padat (kompos) atau cair (biourine).
Dosis Rekomendasi:Untuk Bibit Kelapa Sawit: Dosis pupuk kandang sapi yang dianjurkan berkisar antara 10-30 ton/ha atau setara 50-150 gram/polibag. Penelitian lain menunjukkan dosis 1,5 kg/polibag memberikan pengaruh tertinggi pada tinggi benih dan jumlah daun.
Untuk Tanaman Dewasa (Menghasilkan): Dosis pupuk kandang sapi bervariasi. Beberapa penelitian merekomendasikan 5 kg kompos padat per pohon, 3 kg kompos padat per pohon, 5 liter kompos cair per pohon, atau kombinasi 3 kg kompos padat + 2,5 liter kompos cair. Dosis 80 kg/pohon kompos padat dan 5 liter/pohon biourine juga terbukti meningkatkan produksi TBS. Dosis hingga 15 ton/ha juga menunjukkan peningkatan bobot buah.
Pembibitan: Aplikasi dapat dilakukan pada awal penanaman bibit kecambah (pre-nursery) selama 3 bulan.
Tanaman Dewasa: Pemupukan sebaiknya dilakukan pada awal atau akhir musim hujan, saat curah hujan optimal 100-200 mm/bulan, untuk mengantisipasi kehilangan hara akibat limpasan air hujan atau penguapan. Pemupukan harus dihentikan pada bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) dan bulan basah (curah hujan > 300 mm/bulan). Frekuensi aplikasi umumnya 2-3 kali setahun.
Dibenamkan: Pupuk kandang dapat dibenamkan di dalam tanah, baik di alur atau di piringan tanaman. Untuk tanaman dewasa, pupuk dapat dibenamkan sedalam 10-15 cm.
Disebar: Pupuk juga dapat disebarkan secara merata di sekeliling tanaman dengan radius 2/3 dari tajuk. Penelitian menunjukkan bahwa metode sebar menyebabkan pupuk terkonsentrasi di permukaan tanah (0-20 cm), di mana sebagian besar biomassa perakaran sekunder dan tersier berada, sehingga memungkinkan penyerapan hara dan air yang optimal.
Pupuk Cair (Biourine): Pupuk organik cair lebih mudah diserap oleh tanaman dan sangat cocok diaplikasikan pada daun tanaman melalui penyemprotan, dengan takaran atau dosis yang tepat.
Manajemen Pupuk Kandang untuk Mencegah Hama (Oryctes rhinoceros)
Meskipun pupuk kandang sapi menawarkan banyak manfaat, pengelolaan yang tidak tepat dapat menarik hama tertentu, terutama kumbang badak (Oryctes rhinoceros), yang larva dan imagonya dapat merusak tanaman kelapa sawit.
Oleh karena itu, manajemen hama terpadu (IPM) sangat penting untuk pertanian berkelanjutan.
Meskipun pupuk organik menawarkan banyak keuntungan, pengelolaan yang cermat diperlukan untuk mengurangi potensi risiko seperti proliferasi hama (misalnya, Oryctes rhinoceros).
Hal ini menunjukkan kebutuhan akan pendekatan holistik yang mempertimbangkan manajemen nutrisi dan pengendalian hama sebagai elemen yang saling terkait dari kesehatan pertanian.
Pengolahan Kompos yang Matang: Kotoran ternak yang masih segar atau kompos yang "setengah matang" tidak baik untuk tanaman dan dapat menjadi tempat berkembang biak yang ideal bagi Oryctes rhinoceros. Bahan organik harus dikomposkan sampai "matang" agar dapat diserap haranya oleh tanaman dan tidak menarik hama. Proses pengomposan yang tepat, termasuk pembalikan rutin dan pengaturan kelembaban, akan memastikan dekomposisi sempurna.
Sanitasi dan Penghancuran Tempat Berkembang Biak: Kumbang Oryctes rhinoceros berkembang biak di tumpukan bahan organik yang membusuk seperti serbuk gergaji, batang kelapa atau kayu lapuk, tumpukan sampah, jerami, dan daun-daun yang membusuk. Sanitasi perkebunan dengan membersihkan dan menghancurkan tempat-tempat berkembang biak ini sangat penting untuk memutus siklus hidup hama.
Pengendalian Biologi: Pengendalian hama kumbang Oryctes rhinoceros dapat dilakukan secara biologi menggunakan jamur Metarhizium anisopliae dan Baculovirus oryctes. Jamur Metarhizium anisopliae dapat menyebabkan kematian pada stadia larva Oryctes rhinoceros dengan gejala mumifikasi 2-4 minggu setelah aplikasi. Jamur ini dapat ditaburkan pada tumpukan bahan organik/sarang aktif atau diaplikasikan pada perangkap.
Penggunaan Perangkap: Pemasangan perangkap feromon (ferotrap) atau perangkap buah (fruit trap) dengan kandungan buah nanas dapat membantu mengendalikan populasi kumbang dewasa.
Manajemen pupuk kandang yang cermat, dikombinasikan dengan praktik pengendalian hama terpadu, akan memastikan manfaat maksimal dari pupuk organik tanpa menimbulkan masalah hama yang merugikan.
Dampak Ekonomi dan Lingkungan Sistem Integrasi Sapi-Sawit
Sistem Integrasi Sapi-Sawit (SISKA) bukan hanya sebuah konsep pertanian, melainkan sebuah model yang memberikan dampak positif signifikan terhadap aspek ekonomi dan lingkungan.
Ini adalah pendekatan holistik yang selaras dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Manfaat Ekonomi
Kelayakan ekonomi SISKA melampaui pendapatan langsung dari minyak sawit dan sapi; ini mencakup penghematan biaya yang signifikan (pupuk, herbisida, pakan) dan penciptaan aliran nilai baru dari limbah.
Hal ini menunjukkan bahwa praktik berkelanjutan dapat secara langsung meningkatkan profitabilitas dan ketahanan pertanian, menantang persepsi bahwa pengelolaan lingkungan semata-mata merupakan pusat biaya.
Peningkatan Pendapatan Petani: Integrasi sapi dengan kelapa sawit dapat meningkatkan pendapatan petani secara signifikan. Petani tidak hanya memperoleh penghasilan dari penjualan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, tetapi juga dari penjualan sapi potong dan produk sampingan seperti pupuk kandang. Analisis usahatani menunjukkan bahwa model integrasi, bahkan yang intensif, memberikan pendapatan positif dan layak untuk dilaksanakan, dengan nilai NPV, B/C, dan IRR yang menguntungkan.
Penghematan Biaya Operasional:
Penghematan Pupuk Kimia: Kotoran sapi yang diolah menjadi pupuk organik dapat menggantikan sebagian atau seluruh kebutuhan pupuk kimia anorganik, sehingga menghemat biaya pengadaan pupuk.
Penghematan Herbisida: Sapi yang digembalakan di perkebunan akan mengonsumsi gulma, mengurangi kebutuhan akan herbisida dan biaya pengendalian gulma.
Penghematan Biaya Pakan: Vegetasi di bawah kelapa sawit dan limbah pabrik sawit (seperti bungkil inti sawit, lumpur sawit, pelepah daun) dapat dijadikan sumber pakan ternak sapi, menekan biaya pakan yang signifikan.
Penciptaan Nilai Tambah dari Limbah: SISKA mengubah limbah pertanian menjadi produk bernilai. Kotoran sapi diubah menjadi pupuk organik padat dan cair (biourine), bahkan biogas. Ini tidak hanya mengurangi masalah limbah tetapi juga menciptakan aliran pendapatan baru.
Peningkatan Produktivitas Lahan: Pemanfaatan lahan perkebunan kelapa sawit sebagai area penggembalaan sapi meningkatkan efisiensi penggunaan lahan secara keseluruhan. Potensi pakan dari biomassa sawit sangat besar, mampu mendukung jutaan unit ternak jika dimanfaatkan secara optimal.
Manfaat Lingkungan
SISKA merupakan model yang kuat untuk mitigasi perubahan iklim dan pengelolaan lingkungan dalam pertanian.
Dengan mengurangi emisi GRK, meningkatkan kesehatan tanah, dan meminimalkan input kimia, SISKA menawarkan solusi yang dapat diskalakan untuk pengelolaan lahan berkelanjutan, menyelaraskan produktivitas pertanian dengan integritas ekologis.
Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK): SISKA secara signifikan mengurangi emisi GRK dari sektor pertanian. Penggantian pupuk kimia dengan pupuk organik dari kotoran sapi dan limbah cair sawit dapat menurunkan emisi GRK dari kegiatan pemupukan. Selain itu, praktik penggembalaan sapi secara nyata mengurangi emisi gas metana dan nitrogen oksida dari kotoran ternak.
Peningkatan Konservasi Lahan dan Kesehatan Tanah: Pemanfaatan pupuk organik dari kotoran sapi memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, meningkatkan kandungan C-organik, pH, dan kapasitas tukar kation. Hal ini berkontribusi pada konservasi lahan dan peningkatan kesuburan tanah jangka panjang.
Pengurangan Penggunaan Pestisida: Dengan adanya sapi yang mengonsumsi gulma, kebutuhan akan herbisida berkurang, yang pada gilirannya mengurangi dampak negatif bahan kimia terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati.
Siklus Nutrisi Tertutup: SISKA menciptakan siklus nutrisi yang lebih tertutup. Nutrisi yang dikonsumsi sapi dari vegetasi perkebunan dikembalikan ke tanah melalui kotoran mereka, mengurangi kebocoran nutrisi dan ketergantungan pada input eksternal.
Tantangan dan Solusi Implementasi SISKA
Meskipun memiliki prospek yang menjanjikan, implementasi SISKA juga menghadapi sejumlah tantangan. Mengatasi tantangan dalam implementasi SISKA membutuhkan pendekatan multi-pemangku kepentingan yang melibatkan dukungan legislatif yang kuat, pendidikan petani, dan kerangka organisasi yang kokoh.
Hal ini menunjukkan bahwa solusi teknologi saja tidak cukup; transformasi pertanian yang sukses juga sangat bergantung pada kebijakan, peningkatan kapasitas, dan tata kelola kolaboratif.
Tantangan:Skala Usaha dan Modal: Adopsi teknologi integrasi sawit-sapi masih rendah karena skala usaha yang kecil dan keterbatasan modal di kalangan petani.
Kurangnya Pemahaman Petani: Di beberapa daerah, petani kurang memahami pentingnya integrasi sawit-sapi dan teknologi pakan serta produksi pupuk organik.
Ketersediaan Bahan Baku Pakan: Petani kesulitan memperoleh bungkil inti sawit (BIS) dari perusahaan karena harus membeli dalam jumlah besar, dan pakan suplemen seperti dedak padi seringkali mahal.
Perubahan Teknologi Pengolahan Sawit: Beberapa pabrik kelapa sawit kini menggunakan teknologi yang menghasilkan limbah cair, bukan padat, mengurangi ketersediaan produk sampingan padat sebagai bahan baku pakan.
Risiko Hama (Oryctes): Aplikasi pupuk kandang yang tidak tepat (misalnya, kompos yang belum matang) dapat meningkatkan populasi kumbang Oryctes rhinoceros, yang dapat merusak tanaman.
Kerusakan Tanaman oleh Sapi: Bagi petani skala kecil, sapi dapat merusak tanaman kelapa sawit jika tidak dikelola dengan baik.
Dukungan Organisasi dan Regulasi: Organisasi yang ada (misalnya GAPKI) belum sepenuhnya fokus pada pengembangan SISKA, dan regulasi daerah seringkali berupa Peraturan Gubernur (Pergub) atau Peraturan Bupati (Perbup) yang kurang berkelanjutan dibandingkan Peraturan Daerah (Perda).
Dukungan Legislasi yang Kuat: Mendorong penerbitan Peraturan Daerah (Perda) yang lebih berkelanjutan dibandingkan Pergub/Perbup untuk memberikan payung hukum yang kokoh bagi implementasi SISKA.
Peran Asosiasi: Asosiasi seperti Gabungan Pelaku dan Pemerhati Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (GAPENSISKA) berperan sebagai wadah pemersatu, pusat informasi dan sosialisasi, serta penyedia akses promosi dan jejaring. GAPENSISKA juga memberikan pertimbangan dan pandangan terkait SISKA kepada pemangku kepentingan.
Peningkatan Kapasitas SDM: Memberikan akses ke pendidikan dan pelatihan terkait manajemen perkebunan kelapa sawit dan peternakan sapi, serta keterampilan teknis dan manajerial dalam SISKA.
Akses Informasi dan Jejaring: Membangun platform untuk diseminasi informasi ekonomi, teknis, inovasi, dan penelitian terkait SISKA, serta memfasilitasi kegiatan pameran, seminar, dan lokakarya untuk networking.
Pengolahan Limbah yang Tepat: Menerapkan praktik terbaik dalam pengolahan pupuk kandang sapi menjadi kompos yang matang untuk mencegah masalah hama dan memaksimalkan manfaat nutrisinya.
Model Bisnis Holistik: Mengembangkan model implementasi SISKA dari hulu (pembibitan dan penggembalaan) hingga hilir (pengolahan daging), untuk menciptakan nilai tambah yang lebih besar dan mendukung ketahanan pangan nasional.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Optimalisasi penggunaan pupuk NPK dalam sistem integrasi sapi-sawit merupakan strategi yang sangat menjanjikan untuk mencapai pertanian kelapa sawit yang lebih produktif, efisien, dan berkelanjutan.
Pendekatan ini secara sinergis menggabungkan keunggulan pupuk kimia sintetis dengan manfaat multifaset pupuk organik dari kotoran sapi, menghasilkan peningkatan kesuburan tanah, efisiensi penyerapan hara, dan pada akhirnya, peningkatan hasil panen.
Pupuk NPK menyediakan unsur hara makro esensial yang cepat tersedia, mendukung pertumbuhan vegetatif dan generatif kelapa sawit pada berbagai fase.
Namun, penggunaan pupuk NPK saja memiliki keterbatasan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah serta dapat meninggalkan residu. Di sinilah peran pupuk kandang sapi menjadi vital.
Pupuk kandang sapi tidak hanya menyediakan hara mikro dan makro lepas lambat, tetapi juga secara signifikan meningkatkan C-organik tanah, memperbaiki pH, dan meningkatkan kapasitas tukar kation, menciptakan lingkungan tanah yang lebih sehat dan subur.
Integrasi sapi-sawit (SISKA) adalah model yang melampaui sekadar pemupukan. SISKA mengubah limbah menjadi sumber daya, menghemat biaya pakan dan herbisida, serta secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Studi kasus menunjukkan bahwa kombinasi pupuk NPK dan pupuk kandang sapi dapat meningkatkan produktivitas tanaman secara substansial, bahkan mengoptimalkan dosis pupuk kimia.
Rekomendasi:
Adopsi Pendekatan Pemupukan Hibrida: Petani dan perusahaan kelapa sawit didorong untuk secara aktif mengadopsi kombinasi pupuk NPK dan pupuk kandang sapi. Prioritaskan analisis tanah dan daun secara berkala untuk menentukan dosis NPK yang tepat dan mengidentifikasi kebutuhan spesifik pupuk organik.
Peningkatan Pengolahan Limbah Sapi: Investasi dalam teknologi dan pelatihan untuk pengolahan kotoran sapi menjadi kompos matang dan biourine sangat penting. Ini tidak hanya memaksimalkan nilai pupuk organik tetapi juga mencegah masalah hama seperti Oryctes rhinoceros.
Penguatan Kerangka Regulasi dan Kelembagaan: Pemerintah daerah perlu didorong untuk menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) yang mendukung implementasi SISKA secara berkelanjutan. Asosiasi seperti GAPENSISKA harus terus memperkuat peran mereka sebagai fasilitator informasi, pelatihan, dan jejaring bagi para pelaku SISKA.
Edukasi dan Kapasitas Petani: Program edukasi yang komprehensif harus diselenggarakan untuk meningkatkan pemahaman petani tentang manfaat ekonomi dan lingkungan SISKA, serta praktik terbaik dalam manajemen pupuk dan hama terpadu.
Pengembangan Model Bisnis SISKA Holistik: Mendorong pengembangan SISKA dari hulu ke hilir, termasuk pemanfaatan biomassa sawit sebagai pakan ternak dan pengolahan produk daging, untuk memaksimalkan nilai tambah dan mendukung ketahanan pangan nasional.
Dengan menerapkan optimalisasi penggunaan pupuk NPK dalam sistem integrasi sapi-sawit, industri kelapa sawit dapat bergerak menuju masa depan yang lebih produktif, efisien, dan bertanggung jawab secara lingkungan.
Karya yang dikutip
- Aplikasi Pupuk Kompos Dan Pupuk Npk Pada Tanaman Kelapa
- PENGEMBANGAN USAHA INTEGRASI SAWIT SAPI: DUKUNGAN LEGISLASI DAN STAKEHOLDER
- EFEKTIVITAS SUBSTITUSI PUPUK NPK MAJEMUK
- Modul Standard Operating Procedure
- Pengaruh Kombinasi Pupuk NPK dan Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Main Nursery
- SISTEM INTEGRASI SAPI-SAWIT
- PROGRAM PEMUPUKAN PADA TANAMAN
- Kebijakan dan Peraturan Pemerintah dalam Implementasi Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit (SISKA) mendukung Perkebunan Sawit Berkelanjutan
- Sosialisasi Sistem Intergrasi Sapi dan Kelapa Sawit di Desa Lubuk Bento Kabupaten Mukomuko, Bengkulu
- Ranperda Integrasi Peternakan Sapi dan Kebun Kelapa Sawit
- Analisis Usahatani Integrasi Sapi - Sawit di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia
- sistem pertanian terpadu
- TANTANGAN DAN PELUANG SISTEM INTEGRASI SAPI-KELAPA SAWIT (SISKA) UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL
- Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian
- Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Sapi Terhadap Serapan
- Mengenal Jenis-jenis Pupuk NPK dan Fungsinya Bagi Tanaman
- kadar hara npk tanaman kelapa sawit pada berbagai
- unsur hara untuk meningkatkan produksi kelapa sawit
- Agar Tumbuh dengan Baik, Gunakan Pupuk NPK Kelapa Sawit Sesuai dengan Proses Tanamnya
- Pemupukan yang Efektif & Efisien untuk Tanaman Sawit
- NPK Sawit 15-15-6-4
- Pemupukan yang Efektif & Efisien Tanaman Sawit Fase TBM
- NPK Sawit 13-6-27-4 + 0.65 B
- Mengenali Gejala Defisiensi Hara Kalium dan Magnesium pada Tanaman Kelapa Sawit
- Dosis pupuk npk untuk sawit tm
- PEMBUATAN KOMPOS DARI KOTORAN SAPI
- JURNAL SAINS AGRO
- Untitled
- Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi dan Macam Pupuk P terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
- Kajian Sistem Pemeliharaan Sapi Bali dalam Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Sarolangun
- PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN SAPI SEBAGAI PUPUK
- DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK TANAMAN TAHUNAN?
- Pengolahan Limbah Kotoran Sapi Menjadi Pupuk Organik
- Penggunaan Pupuk Organik Asal Ternak Sapi pada Kelapa Sawit Umur ≥ 20 Tahun
- MOTIVASI PETANI DALAM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
- Efisiensi Pemupukan NPK Dengan Pemberian Bahan Organik
- PENGARUH PEMBERIAN SOLID DECANTER DAN PUPUK
- Pengaruh Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Sapi Pada Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Pembibitan Utama
- PELATIHAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT DENGAN PEMBERIAN PUPUK KOMPOS DAN BIOURINE SAPI DI DESA RUMBAI JAYA
- Dosis Pupuk Kandang Sapi (ton/ha)
- Pengaruh Macam dan Dosis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre Nursery
- Waktu dan Frekuensi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan
- Hasil kombinasi pemupukan pupuk kandang dengan pupuk kimia terhadap tanaman sawit
- Distribusi Hara dan Perakaran Kelapa Sawit di Piringan Pohon pada Metode Aplikasi Pupuk Broadcast
- POPULASI LARVA Oryctes rhinoceros (COLEOPTERA : SCARABAEIDAE) PADA BEBERAPA JENIS MEDIA PENELURAN DI PERKEBUNAN KELAPA
- Kepadatan dan Komposisi Stadia Oryctes rhinoceros di Desa Jerukwangi Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara
- PENGARUH WAKTU DEKOMPOSISI DAN DOSIS
- Pengendalian Kumbang Oryctes rhinoceros Pada Tanaman Kelapa
- Waspada Serangan Hama Kumbang Oryctes Rhinoceros Pada Tanaman Kelapa Sawit
- Pemanfaatan Seks Feromon dan Agensia Pengendali Hayati Dalam Mengendalikan Serangan Hama Oryctes Rhinoceros Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
- Pengendalian Hama Kumbang Tanduk (Oryctes Rhinoceros) Menggunakan Fruit Trap dengan Kandungan Buah Nanas di Desa Payarengas
- INTEGRASI KOMODITI DAN INSTITUSI
- Pengembangan Integrasi Sapi - Kelapa Sawit,







Silahkan bertanya!!!
Posting Komentar