Kumbang Tanduk

B. Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros)

Kumbang tanduk merupakan hama yang sangat merugikan, terutama pada tanaman kelapa sawit muda.

B. Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros)

1. Biologi dan Siklus Hidup

Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) termasuk dalam Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Scarabedae. Hama ini mengalami metamorfosis sempurna, melewati fase telur, larva, pupa, dan imago (dewasa). Lama siklus hidup Oryctes rhinoceros bervariasi tergantung habitat dan kondisi lingkungan, umumnya membutuhkan waktu sekitar 6-9 bulan dari telur hingga dewasa. 

Seekor imago betina dapat menghasilkan 30-70 butir telur, bahkan ada laporan yang menyebutkan hingga 150 telur. 

Larva O. rhinoceros berwarna putih agak kekuningan, berbentuk silinder, gemuk, dan melengkung, serta hidup pada bahan organik yang membusuk seperti batang pohon mati atau tumpukan kompos. 

Fase pupa berlangsung sekitar 3 minggu dalam kokon yang terbuat dari bahan organik di sekitar tempat hidupnya. 

Kumbang dewasa muncul setelah fase pupa dan biasanya tetap berada di lokasi berkembang biak selama 3-4 minggu tambahan hingga kutikulanya mengeras dan organ reproduksinya matang, setelah itu mereka terbang ke pohon kelapa atau kelapa sawit terdekat untuk makan dan kawin.   

2. Gejala Kerusakan

Kumbang dewasa Oryctes rhinoceros merusak daun muda yang belum terbuka, pelepah, batang, dan titik tumbuh tanaman. Imago menggerek terutama bagian sisi batang pada pangkal pelepah yang lebih rendah, dan gerekan ini dapat mencapai titik tumbuh. 

Serangan pada pucuk/daun muda yang belum membuka mengakibatkan sebagian daun terpotong, sehingga setelah daun membuka akan tampak seperti "guntingan-guntingan atau potongan-potongan pada daun seperti huruf 'V'". 

Gejala Kerusakan Daun

Pada tanaman muda yang berumur 2 tahun atau kurang, serangan kumbang pada titik tumbuh dapat menyebabkan kematian tanaman. Populasi kumbang sebesar 5 ekor per hektar dapat menimbulkan kematian tanaman hingga 50% pada areal kebun yang baru ditanam. 

Selain itu, serangan pada pucuk yang masih berkembang dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal, seperti pucuk tumbuh miring, bengkok, atau meliuk. Kerusakan yang parah pada titik tumbuh dapat menghambat pertumbuhan tanaman secara signifikan.   

3. Strategi Pengendalian

Pengendalian kumbang tanduk melibatkan pendekatan terpadu:

  • Kultur Teknis (Sanitasi): Sanitasi kebun memiliki peran krusial dalam pengendalian hama Oryctes. Membersihkan, memusnahkan, mengubur, atau menutup breeding site (tempat peletakan telur serta hidupnya larva dan pupa) seperti tanaman mati dan membusuk, sisa batang pohon, pelepah kering, dan bahan organik lainnya sangat penting. Pengelolaan limbah organik yang buruk menciptakan habitat lembap yang disukai Oryctes untuk bertelur dan berkembang biak. Pengolahan limbah menjadi kompos merupakan solusi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan pembakaran, yang justru dapat memicu masalah lingkungan baru.   

  • Mekanik:

    • Pengumpulan larva dari media organik.  

    • Pembersihan pelepah dan batang tua.   

    • Penutupan lubang pada titik tumbuh tanaman.   

    • Mengambil kumbang dewasa dari lubang serangan pada tanaman menggunakan pengait kawat atau besi dan membunuhnya.   
    • Pemasangan perangkap feromon (seperti feromon sintetik ethyl-4-mathyloctanoata atau ethyl crysanthemumate, atau feromon dari nanas) berfungsi sebagai pemikat untuk monitoring dan pengendalian kumbang dewasa. Perangkap dapat dipasang setiap 200 meter di sepanjang kanal atau jalan, dengan tinggi sekitar 1 meter dari atas tajuk sawit. Penggantian feromon dilakukan setiap tiga bulan. Peran ganda feromon sebagai alat monitoring dan pengendalian memungkinkan petani mendapatkan data akurat tentang populasi hama, yang kemudian digunakan untuk membuat keputusan intervensi yang tepat sasaran, mengurangi kebutuhan akan aplikasi kimiawi yang tidak perlu.   
    • Penggunaan perangkap lampu malam dan umpan makanan yang sesuai untuk menarik ngengat dewasa. 
  • Hayati:

    • Penggunaan jamur Metarhizium anisopliae dengan dosis 400 gram per sarang, disiramkan ke sarang untuk membunuh larva atau memutus siklus hidup kumbang.  

    • Jamur Beauveria bassiana juga merupakan musuh alami yang sering dimanfaatkan.  

    • Selain itu, nematoda Heterorhabditis sp. dan Baculovirus oryctes juga digunakan sebagai agen biokontrol.  

  • Kimiawi: Pengendalian secara kimiawi merupakan alternatif terakhir karena dapat menimbulkan dampak samping yang banyak.  

    • Insektisida formulasi larutan diaplikasikan dengan penyemprotan, dan formulasi granular (karbofuran, karbosulfan) ditaburkan pada ketiak daun (pucuk).  

    • Jika jumlah kumbang yang terperangkap lebih dari 10 ekor per perangkap per pekan, disarankan untuk menyemprot 0.06% sipermetrin pada pucuk dan pangkal pelepah baru.   

Perangkap Feromon

Selanjutnya.......

C. Tungau Merah (Oligonychus sp.)

Posting Komentar untuk "Kumbang Tanduk"