Hama Utama pada Tanaman Kelapa Sawit

II. Hama Utama pada Tanaman Kelapa Sawit dan Pengendaliannya

Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit

Hama utama yang menyerang tanaman kelapa sawit meliputi tungau, ulat setora (ulat api), nematoda, kumbang Oryctes rhinoceros, dan penggerek tandan buah. 

Selain itu, hama lain yang juga memiliki dampak signifikan adalah ulat kantong, rayap, dan tikus. Pengelolaan hama-hama ini memerlukan strategi yang spesifik namun terintegrasi dalam kerangka PHT.

A. Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS)

Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS) merupakan salah satu hama utama yang dapat menyebabkan kerugian produksi yang sangat besar. 

Gambar larva ulat api

1. Jenis dan Siklus Hidup

Beberapa jenis ulat api yang umum menyerang kelapa sawit dan termasuk dalam Ordo Lepidoptera, Famili Limacodidae, adalah Setora nitens, Setothosea asigna, Darna trima, dan Parasa lepida. 

Siklus hidup Setora nitens melibatkan beberapa fase: telur diletakkan berderet 3-4 baris sejajar dengan permukaan bawah daun, biasanya pada pelepah daun ke-16 hingga ke-17, dan menetas dalam 4-7 hari. 

Larva S. nitens berwarna hijau kekuningan, dapat mencapai panjang 40 mm, dan stadia larva berlangsung sekitar 50 hari. 

Kepompong berada di dalam kokon berbentuk bulat telur berwarna coklat gelap, terletak di permukaan tanah sekitar piringan atau di bawah pangkal batang, dengan stadia kepompong berkisar 17-27 hari. 

Ngengat dewasa aktif pada senja dan malam hari. Seekor ngengat betina mampu menghasilkan 300-400 butir telur selama hidupnya. 

Sementara itu, Setothosea asigna memiliki siklus hidup yang lebih panjang, mencapai 106-138 hari.   

Pemahaman mendalam mengenai siklus hidup hama ini sangat penting dalam penentuan strategi pengendalian yang efektif. 

Pengetahuan tentang kapan telur menetas, berapa lama fase larva berlangsung, dan kapan hama berada dalam stadia kepompong atau ngengat dewasa, memungkinkan penentuan waktu aplikasi pengendalian yang paling tepat. 

Misalnya, menyemprotkan insektisida pada daun ketika ulat kantong berada dalam fase kepompong (imago) tidak akan efektif karena pada tahap tersebut mereka tidak aktif mencari makan. 

Oleh karena itu, intervensi yang tepat waktu berdasarkan biologi hama akan meningkatkan efisiensi pengendalian dan meminimalkan penggunaan bahan kimia yang tidak perlu.   

2. Gejala Kerusakan

Ulat muda Setora nitens biasanya bergerombol di sekitar tempat peletakan telur dan mengikis daun mulai dari permukaan bawah, meninggalkan epidermis daun bagian atas. 

Bekas serangan ini terlihat jelas seperti "jendela-jendela memanjang" pada helaian daun. 

Mulai instar ke-3, ulat memakan semua helaian daun dan hanya meninggalkan lidinya saja, yang sering disebut sebagai gejala "melidi". Gejala ini biasanya dimulai dari daun bagian bawah.   

Dalam kondisi serangan yang parah, tanaman dapat kehilangan daun sekitar 90%. Dampak ekonomi dari serangan UPDKS sangat signifikan; pada tahun pertama setelah serangan, produksi dapat menurun sekitar 69%, dan sekitar 27% pada tahun kedua. 

Ambang ekonomi untuk hama ulat api, seperti S. asigna dan S. nitens, adalah rata-rata 5-10 ekor per pelepah untuk tanaman yang berumur tujuh tahun ke atas, dan lima ekor larva untuk tanaman yang lebih muda. 

Ulat api cenderung menyukai daun kelapa sawit yang lebih tua, namun jika daun-daun tua telah habis, mereka akan beralih menyerang daun-daun muda, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian tanaman jika tidak segera dikendalikan dengan benar.   

3. Strategi Pengendalian

Pengendalian UPDKS mengintegrasikan berbagai metode dalam kerangka PHT:

  • Mekanik: Pengutipan ulat ataupun pupa secara langsung di lapangan kemudian dimusnahkan. Selain itu, penggunaan perangkap lampu (light trap) dan yellow trap efektif untuk menargetkan ngengat dewasa.   

Perangkap Lampu dan Kuning
  • Hayati: Metode ini memanfaatkan musuh alami hama:

    • Penggunaan parasitoid larva seperti Trichogramma sp. dan predator berupa Eocanthecona sp.. 

    • Serangga predator Sycanus sp. merupakan pembunuh ulat api dan hampir semua larva lepidoptera lainnya. Pembudidayaan serangga ini telah dilakukan sejak tahun 2018, dengan meletakkan telur Sycanus sp. pada pelepah sawit agar dapat memangsa ulat api secara alami.

 
Predator Alami Sycanus sp
    • Penggunaan virus seperti Granulosis Baculoviruses dan MNPV (Multiple Nucleo Polyhedro Virus). 
    • Penggunaan jamur Bacillus thuringiensis.  

    • Tanaman Berbunga (Beneficial Plants): Penanaman tanaman seperti Cassia cobanensis, Antigonon Leptopus, dan Turnera subulata (dikenal juga sebagai bunga pukul sembilan) dapat menarik predator alami hama pemakan daun. Bunga air mata pengantin juga direkomendasikan sebagai inang bagi predator alami ulat kelapa sawit. Tanaman-tanaman ini menyediakan sumber nektar yang berfungsi sebagai sumber makanan bagi ngengat dewasa, sehingga mengalihkan mereka dari menyerang tanaman kelapa sawit utama. Pendekatan ini menunjukkan bagaimana praktik kultur teknis dapat secara langsung mendukung pengendalian hayati, menciptakan sistem manajemen hama yang lebih mandiri dan berkelanjutan.  

Tanaman Berbunga
  • Kimiawi: Penggunaan insektisida dilakukan secara selektif dan terukur:

    • Penyemprotan (spraying) dilakukan pada tanaman berumur 2.5 tahun menggunakan penyemprot tangan, sedangkan untuk tanaman berumur lebih dari 5 tahun, penyemprotan dilakukan dengan mesin penyemprot.  

    • Penyemprotan udara dapat dilakukan apabila luas areal yang terserang sudah meluas dan meliputi daerah dengan berbagai topografi.  

    • Untuk sawit tinggi (>8 tahun), direkomendasikan injeksi batang menggunakan Asetat (55%). Lubang suntik dibuat dengan bor listrik pada kemiringan 45° di batang bagian bawah (sekitar 80 cm dari tanah) dengan diameter 1.25 cm dan kedalaman 15 cm.   

    • Untuk sawit muda (1-6 tahun), penyemprotan 0.005% (dengan knapsack) dapat dilakukan setiap dua pekan pada tajuk sawit muda yang terserang hingga semua hama baru hilang. Konsentrasi dapat ditingkatkan hingga 0.01% saat menggunakan mist-blowers.  

    • Penggunaan insektisida hanya diizinkan dalam kasus darurat atau ketika ambang batas populasi hama telah terlampaui.   

Selanjutnya.....

B. Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros)

Posting Komentar untuk "Hama Utama pada Tanaman Kelapa Sawit"